Lima tahun kemudian, warga transmigrasi ini sudah semakin sejahtera. Pulang kampung pun sudah lebih memilih pakai pesawat terbang. Seperti Pardi dan tiga orang anaknya yang sudah beranjak dewasa misalnya. Mereka tergesa-gesa memasuki pelataran Bandar Udara Sultan Syarif Qasim II di Pekanbaru. Wajah laki-laki 53 tahun itu nampak cerah meski lengannya yang gelap harus menyeret dua tas berukuran besar.
Tak ada yang menyangka kalau lelaki asal Solo, Jawa Tengah itu warga transmigrasi di Desa Tri Manunggal, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, sekitar 100 km arah barat Pekanbaru. Sebab penampilan Pardi sudah jauh berbeda dibandingkan 15 tahun silam, saat pertama kali tiba bersama ribuan kepala keluarga lain, hijrah ke Riausebagai warga transmigrasi. Sumadi lainya lagi. Dia tidak hanya sukses secara sukses secara ekonomi, tapi sempat pula mencicpi kursi empuk menjadi Kepala Desa Tri Manunggal.
Belakangan, tidak hanya transmigran dari seberang Sumatera yang mendulang duit dari kebun kelapa sawit. Warga tempatan seperti Jatimali juga merasakan hal serupa. Tokoh masyarakat Desa Pantai Cermin Kecamatan Tapung ini tidak lagi kesulitan untuk makan tetap sejak menjadi warga transmigrasi lokal di Desa Air Terbit, Kecamatan yang sama.
Penulis : Abdul Aziz