Lalu di jaman pemerintahan Soeharto, Socfin berubah menjadi Perusahaan Patungan Pemerintah RI-Belgia dengan nama Plantation Nord Sumatera Belgia SA (PNS). Saham Pemerintah RI 40 persen, sisanya Belgia. Nama PT. Socfin Medan SA pun berganti menjadi PT. Socfin Indonesia (Socfindo).
Di era 70-an, PT. Socfindo telah menjelma menjadi perusahaan kelapa sawit yang sangat disegani, baik dari sisi produksi maupun teknologi. Socfindo sejajar dengan perusahaan kelapa sawit besar milik pemerintah seperti Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) 6 dan PNP 7. Dalam perjalanannya, duo PNP ini melebur menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV.
Dari sisi produksi produksi, Socfindo sudah menghasilkan 40 ribu ton CPO pada tahun 1971. Angka ini setara dengan 20 persen produksi CPO Nasional di jaman itu. Dan satu hal yang tak bisa dipungkiri bahwa Socfindo sudah muncul menjadi dedengkot pembibitan kelapa sawit di Indonesia dan Mancanegara.
Ada lebih dari 550 juta butir bibit milik perusahaan yang sudah berumur lebih dari 100 tahun ini, bertebaran dimana-mana, menyulap hamparan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit lebih dari 2,8 juta hektar.
Selain menghasilkan benih unggul DxP Lame dan Yangambi, sejak tahun 2013, Socfindo telah berhasil menemukan benih kelapa sawit dengan sifat moderat tahan ganoderma: DxP MT Gano. Benih yang telah dirilis Agustus 2013 ini diharapkan baisa menjadi solusi bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mengalami masalah dengan pernyakit jamur Ganoderma sp.
Penulis : Abdul Aziz