Pabrik itu sempat “tidur” beberapa tahun persis setelah Ansori terbang ke Jepang untuk pndidikan doktor. “Saat saya kembali ke Indonesia akhir tahun 2018, Direktur PPKS Hasril Hasan Siregar menanyai saya apa bisa B50 dibikin lagi. Saya bilang bisa,” cerita Ansori. Dapat jawaban seperti itu, Hasril meminta Ansori mengaktifkan kembali pabrik yang sempat “tidur” tadi. Lalu Holding PT. Perkebunan Nusantara dan Litbang Kementerian Pertanian dihubungi untuk sebuah kerjasama. Dan hanya butuh waktu beberapa hari, Ansori sudah rampung menyiapkan B50 itu.
“Menyiapkan B50 itu ngak susah. Tinggal mencapur-campur saja kok. Sebab biodiesel yang kita hasilkan tetap yang 100 persen. Kalau kita bikin B50, Kita tinggal mencampurkan biodisel murni itu dengan 50 persen solar murni. Sederhana kok,” katanya. Secara Standar Nasional Indonesia (SNI) Cetane Number kualitas bahan bakar diesel B50 yang dihasilkan oleh PPKS sudah sangat memenuhi Standar lantaran syarat SNI yang dibutuhkan minimal 51, sementara B50 yang dihasilkan PPKS SNI nya sudah 60. Lalu untuk B100 sendiri , CN nya mencapai 62. “ Kalau solar pertamina CN nya 48-51, kata Ansori.
Trus untuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME), SNI mensyaratkan 96,5 persen massa, sementara B50 bisa 99 persen massa. “Lalau Monogliserida yang disyratkan SNI maksimal 0,8 persen massa. Kita bisa dapatkan pada 0,6 sampai 0,7,” Ansori merinci. Lantas apa dan seperti apa cara membikin biodiesel biodiesel ini? Satu liter Crude Palm Oil (CPO) kata ansori bisa menghasilkan 1,05 liter biodiesel plus 10 persen gliserol.
Penulis : Abdul Aziz