Direktorat PKHL menyelenggarakan talkshow di Pavilion Indonesia pada COP 27 UNFCCC di Sharm El Sheikh, Mesir dengan tema Role of the Land and Forest Fire Management on Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 (7/11/2022).
Hadir menjadi pembicara pada talkskow tersebut adalah Basar Manulang (Direktur PKHL), SPM Budisusanti (Direktur PKEG), Leonardo Lacerda (Global Managing Director for Climate Change, The Nature Conservancy) dan Amy Duchelle (Senior Forestry Officer, Team Leader Forests & Climate Change, FAO).
Talkshow yang dipandu oleh moderator Nur Masripatin (PSM Bidang Perubahan Iklim dan Konvensi Internasional KLHK) berhasil memberikan pandangan yang lebih luas yang tidak hanya dari spektrum nasional namun juga global terkait bagaimana upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan dapat berkontribusi positif bagi pencapaian target Indonesia FOLU Net Sink 2030.
Di dalam paparannya, Basar menyampaikan bahwa kolaborasi dengan masyarakat lokal untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan sangat penting dalam mencapai FOLU Net Sink 2030. Pengendalian karhutla meliputi berbagai upaya pencegahan , pemadaman dan penanganan pasca.
Budisusanti menyampaikan bahwa emisi CO2 dari gambut antara lain bersumber dari perubahan vegetasi, kebakaran di gambut, peat subsidence dan kurangnya tatakelola hidrologi gambut. Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar sehingga pengelolaan lahan gambut berkelanjutan dapat mengurangi potensi terjadinya kebakaran di gambut yang dapat menyumbang emisi GRK.
“Strategi dalam pengelolaan lahan gambut untuk mencapai FOLU Net Sink antara lain dilakukan dengan rewetting, rehabilitasi, peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan penegakan hukum,” ungkap Budisusanti.
Dari perspektif global, Amy Duchelle menjelaskan bahwa integrated fire management dapat dijadikan sebagai salah satu climate solution. Pengetahuan lokal dan tradisional dalam Integrated Fire Management (IFM) merupakan salah satu strategi dalam menanggulangi perubahan iklim. Pelaksanaan IFM mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi dan masayarakat lokal. Pada tahun 2000-2020, FAO mencatat bahwa kejadian kebakaran hutan dan lahan terjadi pada hampir semua negara.
“Untuk menangani karhutla di Indonesia FAO menyarankan 5 R yaitu Review, Risk reduction, Readinesss, Response dan Recovery. Pada tahun 2022, FAO meluncurkan program Assuring the Future of Forest through Integrated Risk Management Mechanism (AFFIRM) dengan pendanaan dari Korea Forest Service. AFFIRM akan secara langsung menjadi bagan dari Global Fire Management Paltform yang dikembangkan oleh FAO dan UNEP untuk meningkatkan kapasitas dalam penerapan IFM,” terang Amy.
Sementara itu, Leonardo Lacerda mengungkapkan apresiasinya atas keberhasilan Indonesia dalam upayanya mengendalikan kebakaran hutan dan lahan pada beberapa tahun terakhir sehingga kebakaran hutan dan lahan dapat diturunkan. Jika Indonesia ingin mencapai net zero sink, maka Indonesia sebetulnya telah melakukan berbagai upaya yang sangat baik, namun kolaborasi tetap diperlukan sebagai solusi yang mendasar. Beberapa strategi untuk mencapai FOLU Net Sink 2030 antara lain melalui no-burn cropping, community wildfire adaptation, meningkatkan praktik kearifan lokal dan melakukan prescribed fires sebagai salah satu bentuk manajemen bahan bakaran.
“Gambut di Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa untuk mencapai penurunan target emisi dimana pengelolaan kebakaran gambut merupakan kontribusi penting di dalam NDC,” tandas Leonardo.
Sumber: menlhk.go.id