PT Multico Millenium Persada menjawab kebutuhan pengomposan yang mudah, efisien, dan dapat mencakup wilayah yang lebih luas dengan efisiensi yang lebih baik. Membantu proses pembuatan kompos lebih optimal dan tanah kembali sehat dan subur.
Pemakaian pupuk kimiawi dalam jangka panjang berdampak negatif kepada kesuburan tanah di perkebunan sawit. Itu sebabnya dalam beberapa tahun belakangan lahir inisiatif penggunaan pupuk non kimiawi berbasis limbah dan bahan organik lain.
“Fertilizer dan pestisida yang diberikan terus menerus membuat keseimbangan tanah serta ekosistem terganggu. Alhasil, kesuburan tanah menjadi terganggu hal ini yg menyebabkan merebaknya penyakit GANODERMA yang sekarang sudah menjadi masalah besar pelaku perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia ,” jelas Harry Noerhayat, Direktur PT Multico Millenium Persada.
PT Multico Millenium Persada bergerak di bidang permesinan disamping mensupply kabel fiber optik, pada saat ini sedang melakukan pengembangkan usaha dengan menambah product-line nya dan sesuai dengan keprihatinan terhadap kondisi kesuburan tanah di perkebunan kelapa sawit, Multico memperkenalkan produk pengolah kompos yaitu Sundance Grinders Model 4800.
Menurut Harry, ada tiga pertimbangan utama Multico masuk bisnis perkebunan khususnya industri sawit. Pertama, soal kesuburan tanah. Bahwa tanah adalah aset terpenting dalam usaha perkebunan sawit yang harus dijaga sifat fisik,kimia dan biologinya oleh pelaku perkebunan sawit untuk bisnis yg berkelanjutan.
Salah satu upaya untuk tetap menjaga kesuburan tanah adalah dengan mengembalikan sebanyak mungkin bio-massa kembali ketanah yang dapat dicapai dengan proses pemupukan organik yang salah satu materialnya dapat memanfaatkan janjang tandan kosong atau dikenal sebagai Empty Fruit Bunch(EFB) yang merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa sawit, selain untuk bahan bakar untuk boiler EFB dapat dibuat kompos.
Pertimbangan kedua adalah transportasi dan efisiensi proses pengomposan yang biasa terjadi di perkebunan sawit. Setelah keluar dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS), biasanya janjang kosong diletakkan di sekitar PKS untuk nantinya di aplikasikan ke lapangan tanpa proses apapun serta dengan jumlahdosis relative tinggi biasanya antara 40 – 60 ton/hektar tentu hal ini membuat distribusi tandan kosong tidak merata keseluruh areal, atau untuk perusahan- perusahan tertentu sudah ada perlakukan pengomposan dengan memberikan limbah POME sebagai dekomposer dan baru didistribusikan ke kebun. Namun distribusi tersebut pun tidak merata keseluruh areal kebun di seluruh afdeling, belum lagi beberapa perusahaan menjadikan tandan kosong sebagai bahan bakar boiler serta dianggap mahalnya biaya transportasi untuk mendistribusikan tandan kosong keseluruh areal kebun.
Dijelaskan Harry, Sundace Grinders Model 4800 bersifat portable/ moveable sehingga mudah dipindahkan seperti trailer yang dapat ditarik oleh mobil 4WD atau traktor. Setelah panen dan TBS dibawa ke PKS untuk diproses di PKS, EFB yang menjadi produk limbah dari proses bisa langsung dikirim kembali ke afdeling dengan menggunakan alat transportasi yang sama.
“Di setiap afdeling, EFB dapat didekomposisi dengan biodekomposer berbasis fungi selama 5 hingga 7 minggu, proses pengkomposan dengan dekomposer berbasis fungi tidak memerlukan proses pembalikan. Setelah itu Mesin Grinder ini akan berkeliling afdeling dimana EFB dapat diproses menjadi kompos yang siap didistribusikan ke kebun dengan lebih merata,” jelasnya.
Harry melanjutkan bahwa pertimbangan berikutnya mengenai harga Sundance Grinders. Pembeli akan menghitung seberapa besar investasi yang dikeluarkan untuk membeli alat tersebut.
Design Sundance Grinders Model 4800 yang unik dipatenkan di Amerika yang dibandrol seharga US$ 130 ribu. Berdasarkan pengalaman Harry, nilai investasi sebanding dengan nilai ekonomis yang mampu dihasilkannya dalam bekerja. (Anggar S)
(Ulasan lebih lengkap baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Juli-15 Agustus 2016)