Indonesian Oil Palm Conference (IOPC) 2022 dihadiri 900 peserta dari 14 negara dan didukung 72 pembicara, dan peserta pameran pelaku usaha supporting industri sawit.
Indonesian Oil Palm Conference (IOPC) 2022 dengan mengusung tema “Coping The Matters, Ensuring The Future” yang diadakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sukses digelar. Secara teknis, topik breakout session terbagi menjadi 3 yaitu Agriculture and Biotechnology, Product Development, Processing Technology, and Bioenergy, danEnvironment, Socio Economics and Business.
Sebagai informasi, IOPC 2022 yang mestinya diadakan tahun lalu. Mengingat di tahun 2022, masih dalam masa pandemi Covid-19, pihak panitia mengubah jadwal pelaksanaan di tahun 2023, tepatnya 14 – 16 Maret 2023, di Nusa Dua – Bali.
Kepala PPKS, Edwin Syahputra Lubis mengatakan tujuan diselenggarakannya IOPC yang diadakan setiap 4 tahun sekali yaitu untuk sharing berbagai penelitian dan menjalin komunikasi serta network seluruh stakeholders sawit. Agar bisa dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.
“Industri sawit menghadapi tantangan yang kompleks dan bervariasi pasca pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi situasi ekonomi global melalui krisis kesehatan, sosial, dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis pangan dan energi global muncul akibat pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri sawit. Krisis ini telah mempengaruhi pasokan dan permintaan komoditas kelapa sawit akibat penurunan permintaan dan pembatasan moblititas yang diberlakukan oleh banyak negara,” ucapnya.
Selain itu, pembatasan mobilitas oleh banyak negara selama pandemi juga memicu kenaikan harga input produksi terutama pupuk yang secara signifikan yang mendorong kenaikan biaya operasional produksi. Selain itu, dinamika geopolitik global juga berdampak pada industri sawit, terutama dalam perdagangan internasional dan investasi. Kebijakan proteksionis, sengketa perdagangan, dan ketidakpastian politik telah memperumit kondisi perdagangan global dan mempengaruhi bisnis kelapa sawit.
Selanjutnya, Edwin menambahkan perusahaan perkebunan sawit harus responsif dengan tantangan yang ada. Salah satu tantangannya yaitu kampanye negatif sawit yang dapat mempengaruhi citra industri sawit dan nilai jual kelapa sawit.
“Dalam menghadapi tantangan ini, pelaku usaha sawit perlu melakukan inovasi dan transformasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta memperkuat hubungan antar pemangku kepentingan. Selain itu, penting untuk mempromosikan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasok kelapa sawit,” tambahnya.
Secara resmi IOPC 2022 dibuka oleh Rachman Ferry Isfianto, Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN, dan disaksikan Edwin Syahputra Lubis (Kepala PPKS) beserta jajaran manajemen, Imam Yani (Direktur Riset Perkebunan Nusantara), Abdul Ghani (Direktur Utama Holding PTPN III), serta tamu undangan, yang memenuhi hall, Bali Nusa Dua Conference (BNDC), Nusa Dua – Bali.
“Dengan tema “Coping the Matters, Ensuring the Future”, IOPC 2022 dapat memberikan wawasan dan strategi baru bagi pemangku kepentingan industri sawit untuk menghadapi berbagai tantangan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan memastikan berlangsungan industri sawit yang ramah linkungan dan keberlanjutan di masa depan,” pungkas Edwin.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 138)