JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk menunggu persetujuan pemegang saham untuk merealisasikan reverse stock split atau penggabungan saham. Aksi ini menjadi bagian dalam rangka restrukturisasi pinjaman sehingga dapat memperbaiki struktur permodalan dan peningkatan produktivitas aset Perseroan.
“Kami menunggu penetapan secepatnya dari Otoritas Jasa Keuangan, baik penetapan mengenai pemanggilan, kuorum kehadiran dan kuorum keputusan terkait penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham – Luar Biasa (“RUPS-LB”) ketiga untuk persetujuan melakukan reverse stock split”, kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto dalam keterangannya setelah Public Expose PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, di Senin (5/12).
Tercatat, perusahaan sudah menggelar RUPSLB supaya reverse stock dapat disetujui pemegang saham pada 15 November lalu. Sayangnya, pemegang saham kembali tidak terpenuhi walaupun kuorum telah turun menjadi 3/5 dari seluruh pemegang saham. Berdasarkan data perusahaan, komposisinya saham emite berkode UNSP terdiri dari 93,39% saham dipegang investor publik dengan kepemilikan kurang dari 5%.
Saham UNSP dikuasai 16.795 pemegang saham publik yang tersebar di lebih dari 120 sekuritas dan wali amanat. Investor UNSP terdiri dari 66% individu lokal, 17% institusi lokal, 16% institusi asing, dan 1% individu asing.
Andi melaporkan pendapatan perusahaan sebesar Rp 1,2 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2016 seperti pada laporan keuangan 30 September 2016. Penjualan ini ditopang dari komoditas sawit dengan nilai penjualan Rp 861 miliar dan komoditas karet Rp 302 miliar.
Perseroan terus bekerja keras melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, ditengah diskon harga jual CPO (Crude Palm Oil) domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut USD 50 per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrim udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
“Kami bekerja keras dengan sebaik-baik nya mengatasi kondisi air di kebun akibat cuaca ekstrim El-Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet. Sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal 3-2016 dan diperkirakan mencapai puncaknya di kuartal terakhir. Kami perkirakan penurunan produksi sawit Perseroan sepanjang 2016 akibat El-Nino sesuai rata-rata nasional 10-15%. Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka”, kata Andi.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah USD 530 per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi USD 690 di September 2016.
Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El-Nino ditahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di kuartal 3-2016. Disisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund USD 50 per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.