Sumber Daya Manusia (SDM) mempengaruhi performa alat berat di perkebunan sawit. Dibutuhkan lembaga khusus yang melatih kompetensi operator alat berat dan alat mekanisasi lainnya. Selain itu, landscape kebun sawit harus dibangun mudah beradaptasi dengan mekanisasi alat.
Dijumpai di pertengahan Oktober 2023, Arlimda Arkeman mengajak diskusi khusus seputar perkembangan mekanisasi di perkebunan sawit. Berbicara mekanisasi, program ini sebenarnya sudah lama tetapi belum semua perusahaan sawit menjalankannya. Lalu seperti apa tantangan yang dihadapi?
Arlimda Arkeman sebagai professional di bidang alat berat dan alat mekanisasi lainnya selama 30 tahun lebih berpandangan bahwa perusahaan sawit perlu mempersiapkan sumberdaya manusia sebagai operator alat berat yang dapat bekerja sesuai SOP (Standar Operating Procedure).
“Banyak orang 20 tahun di bidang mekanisasi, masih belajar. Akibatnya belum temukan formulasi yang tepat,” kata Arlimda yang juga menjabat Market Development Manager SEA & Africa Country ERREPPI S.R.L.
Menurutnya, sumberdaya manusia yang bertanggungjawab terhadap alat berat perlu mendapatkan pelatihan yang rutin dan kompeten, baik itu di bidang mekanik dan operator. Bahkan sebelum serah terima alat, perusahaan pembeli mestinya telah mendapatkan pelatihan bagaimana cara penggunaan dan perawatan alat tetapi modelnya sebatas training maupun pengenalan.
“Di saat training, calon operator belajar memahami alat dalam waktu singkat karena dinilai sudah paham dan dapat mengoperasikannya. Jadi, training harus seperti pilot untuk menghindari trouble dan membuat alat lebih terawat,” jelas Arlimda yang juga aktif sebagai advisor mekanisasi di perusahaan sawit nasionalnya.
Ia juga berpendapat perlunya pendidikan bagi generasi muda yang berminat dibidang operator & mekanik alat-alat pertanian yang mungkin bisa dikerjasamakan antara perusahaan sawit, pabrikan alat berat dan alat mekanisasi pertanian lainnya serta institusi pendidikan/perguruan tinggi dan atau lembaga riset pemerintah.
“Dalam hal ini Erreppi S.r.l ingin mewujudkan lembaga ini sebagai CSR-nya di industri perkebunan kelapa sawit,” jelas Arlimda.

Faktor lain yang pengaruhi adaptasi mekanisasi adalah landscape kebun sawit. Di luar negeri, dikatakan Arlimda, perkebunan kedelai dan bunga matahari memiliki hamparan luas dan kontur tanah yang flat sehingga mempermudah alat berat bekerja. Sedangkan perkebunan sawit adalah tanaman keras yang mempengaruhi kerja alat berat dimana landscape kebun sawit terdapat jalan poros dan koleksi. Saat ini, desain infrastruktur perkebunan sawit mulai mempertimbangkan alat berat dapat masuk dan bekerja.
Menurutnya, peremajaan kebun sawit menjadi pintu masuk untuk menjadikan kebun lebih mudah beradaptasi dengan mekanisasi. Sebab, peremajaan memungkinkan pekebun dan perusahaan mengubah landscape dari yang sulit diakses alat berat menjadi lebih mudah.
“Paling utama bagaimana kebun mengubah kebun sawit petani supaya lebih mudah diakses alat seperti transporter dan traktor. Jangan lagi landscape kebun sama seperti sebelumnya lebih tradisional,” urai Arlimda alumni Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jakarta yang saat ini aktif sebagai tenaga pengajar tidak tetap disana.
Ia berharap program peremajaan sawit rakyat juga mengubah cara pikir petani terhadap modernisasi alat. Tujuannya membantu peningkatan produktivitas hasil sawit mereka supaya dapat menyamai perusahaan.
“Alat ini membantu petani supaya kegiatan pupuk dan panen lebih efisien serta tepat. Manfaat lainnya, pemakaian alat ini juga menghargai tenaga manusia sehingga memperoleh hasil lebih baik,” ujarnya.
Di Indonesia, Traktor Erreppi Buffalo dapat membantu mekanisasi di perkebunan khususnya alat angkut didalam lahan (infield collection equipment). Traktor Erreppi Buffalo, dirancang untuk semua medan, dengan menjaga kelestarian lingkungan, memberikan solusi inovasi, terutama daya lebih kuat dan kompeksi rendah serta penggunaan yang serbaguna.