Asian Agri mendukung pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai rangkaian menuju industri kelapa sawit berkelanjutan. Komitmen ini ditunjukkan melalui Asian Agri 2030, yang terdiri dari empat pilar strategis yaitu Kemitraan dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif, dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan.
“Kami sangat serius dalam mendukung pembangunan SDGs. Keseriusan terhadap pembangunan SDGs ini sudah dimulai pada 2018, dimana kami berkerjasama dengan PwC Singapura untuk melakukan identifikasi poin-poin kuat apa saja yang dimiliki perusahaan di antara 17 target SDG,” ujar Bernard Riedo dalam wawancara secara virtual, pada pertengahan Maret 2022.
Selanjutnya poin-poin tersebut lalu dianalisa lebih lanjut seberapa besar peranannya terhadap kabupaten, provinsi, atau bahkan di level nasional. Dari hasil analisa tersebut, kami mengkategorikan SDG menjadi tiga bagian: core, catalytic dan contributed.
Bernard menjelaskan bahwa prinsip SDGs ini mendorong Asian Agri untuk dapat melihat secara lebih dalam lagi seluruh kegiatan operasional dan bisnisnya. Tujuannya dapat selaras dengan prinsip SDGs. Oleh karena itu, perancangan strategi ini memakan waktu cukup lama sehingga dapat dirumuskan 4 pilar dan target-targetnya.
“Asian Agri 2030 akhirnya diluncurkan sebagai strategi bisnis jangka panjang yang mengacu pada konsep “beyond sustainability” pada Februari 2022 setelah melalui proses diskusi, evaluasi dan pengamatan yang cukup panjang.
Ada empat pilar yang menjadi target Asian Agri dalam pelaksanaan SDG’s. Pilar Pertama, Kemitraan dengan Petani. Bernard menjelaskan bahwa ada keterlibatan intensif dengan petani untuk meningkatkan kehidupan lebih baik. Ada empat target yang ingin dicapai dalam pola kemitraan dengan petani yaitu meningkatkan pendapatan petani mitra hingga dua kali lipat melalui program penanaman kembali atau replanting, 100% pencapaian program replanting petani mitra, 100% pencapaian sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk petani mitra, dan 5.000 petani swadaya mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Pilar kedua adalah Pertumbuhan Inklusif. Upaya ini dilakukan dengan mendorong partisipasi yang kuat untuk mencapai kualitas hidup terbaik. Target dari pilar pertumbuhan inklusif antara lain mengentaskan kemiskinan ekstrem di sekitar area operasional perusahaan, mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada desa-desa di sekitar area operasional perusahaan seluas lebih dari 500.000 ha, menyediakan akses pendidikan berkualitas melalui pemberian 5.000 paket beasiswa, dan mengoptimalkan pengutipan minyak residu.
“Terkait minyak residu sekarang ini pabrik kami telah menerapkan teknologi memisahkan minyak yang kotor dengan main oil. Upaya ini supaya dapat sejalan dengan target untuk Food. Sedangkan minyak yang dipisahkan (kotor) mendukung policy ke renewable energy,” ujarnya.
Pilar ketiga adalah Iklim Positif. Bernard menjelaskan perusahaan ingin menuju komitmen net zero. Melalui pilar ini diharapkan dapat mempromosikan minyak sawit berkelanjutan melalui praktik pengelolaan terbaik. Adapun target dari pilar ini yaitu One to One area restorasi ekosistem, mencapai tingkat emisi netral dari penggunaan lahan, mengoptimalkan pembangunan fasilitas penangkap gas methane untuk seluruh pabrik pengolahan kelapa sawit milik perusahaan, dan 100% penggunaan energi terbarukan di seluruh operasional perusahaan.
Pilar keempat yaitu produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Upaya ini dilakukan melalui tindakan terintegrasi untuk membangun produk berkelanjutan. Ada empat target dalam pilar ini yaitu tidak membuka lahan baru untuk menjadi area perkebunan kelapa sawit, menerapkan praktik yang ramah lingkungan untuk operasional berkelanjutan, mengimplementasikan ekonomi sirkular melalui praktik operasional terbaik, dan mengurangi 50% penggunaan pestisida.
Dikatakan Bernard dengan terintegrasinya strategi bisnis Asian Agri dengan prinsip-prinsip SDGs maka akan memberikan dampak positif bagi kinerja Asian Agri sampai dengan tahun 2030. Dapat dikatakan bahwa kami berkomitmen untuk melakukan program-program keberlanjutan yang lebih besar dari yang seharusnya atau beyond sustainability.
Fokus intensifikasi
Sebagai perusahaan yang berdiri pada 1979, Asian Agri mengelola perkebunan sawit seluas 100 ribu hektar. Sesuai komitmen dalam pilar SDG’s Asian Agri, perusahaan tidak lagi membuka areal baru.
“Kami tidak menambah lahan tapimenerapkan sistem intensifikasi. Didukung pula praktik Good Agricultural Practices dan penggunaan bibit unggul diseluruh kebun inti,” ujar Bernard.
Strategi lainnya adalah menjalin kemitraan bersama petani. Asian Agri membangun kemitraan dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar kebun kelapa sawit. Di sisi lain, pola kemitraan juga dibangun bersama petani swadaya. Hingga sekarang, luasan kebun petani swadaya yang bergabung dengan Asian Agri mencapai lebih dari 41 ribu hektar.
“Kontribusi produksi buah sawit petani mencapai 50 persen terhadap produksi perusahaan. Pola kemitraan ini menjadi bagian penting bagi Asian Agri dalam upaya peningkatan produksi,” kata Bernard.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)