Racun paraquat tidak lagi menjadi pilihan utama untuk mengendalikan gulma. Baik kalangan pemerintah maupun lembaga seperti RSPO tidak jelas posisinya untuk melarang bahan aktif ini.
Di Indonesia, pro kontra pemakaian paraquat masih menjadi perdebatan. Pasalnya, pemerintah belum mengeluarkan larangan pemakaian bahan aktif ini. Tetapi, pengawasan produk berbahan baku paraquat sangatlah ketat. Di negara lain khususnya Uni Eropa melarang penggunaan paraquat telah dilarang dan dibatasi secara ketat misalkan, Finlandia, Swedia, Austria, Denmark, Slovenia dan Hungaria.
Pelarangan di negara Uni Eropa sangat beralasan apabila melihat efek negatif yang ditimbulkan paraquat. Terutama kepada kesehatan kepada kesehatan manusia seperti luka serius pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan. Tak hanya itu, racun ini dapat berakibat gagal ginjal dan hati. Yang sangat berbahaya adalah menyebabkan kematian bagi kalangan pekerja.
Saat ini, kalangan pekebun sawit telah menghindari penggunaan herbisida berbahan aktif paraquat. Bahan aktif ini dinilai tidak sesuai dengan standar sustainability. Sebagai contoh, komitmen Musim Mas yang menghentikan penggunaan paraquat baik petani dan perusahaan yang menjadi supplier kelompok tersebut. Komitmen ini mulai berjalan pada 1 Januari 2011.
Dr.Gan Lian Tiong, Head of Sustainability Department Musim Mas Grup, mengatakan pelarangan paraquat adalah keputusan sulit lantaran bahan aktif ini paling efektif memberantas gulma. Pertimbangan utama Musim Mas adalah larangan paraquat sesuai prinsip-prinsip RSPO mengenai pratek sawit berkelanjutan dan keamanan lingkungan bekerja.
“Kami melakukan tindakan ini untuk melindungi kesehatan pekerja kami,” kata Gan Lian Tiong seperti dikutip dari situs perusahaan.
Kampanye Say No to Paraquat telah dimulai di wilayah perkebunan sawit antara lain PT Sukajadi Sawit Mekar di Kalimantan Tengah. Gan Lian Tiong menyatakan kampanye ini menggandeng Dinas Tenaga Kerja setempat dan Dinas Pertanian.
Sementara itu, PT Sinar Mas Agro and Resources Technology Tbk telah berkomitmen tidak menggunakan paraquat secara bertahap. Tony Liwang, Director of Plant Production and Biotechnology Division PT Sinar Mas Agro and Resources Technology Tbk, menyebutkan bahan aktif paraquat telah dikurangi karena setiap bahan aktif mengindikasikan taraf toksisitas dan masa terurai bahan aktif.
“Paraquat ini bisa diganti dengan bahan aktif lain yang cenderung terurai. Komitmen kami memang tidak menggunakan bahan aktif paraquat lagi,” kata Tony Liwang kepada SAWIT INDONESIA.
Ditambahkan kembali, walaupun Paraquat ini dapat diserap dan terikat cepat di tanah. Yang menjadi masalah ada kesehatan pekerja dan potensi kecelakan secara sengaja dan tidak disengaja yang dapat berakibat fatal.
Grup sawit lainnya, First Resources Grup menargetkan tahun depan tidak lagi pakai paraquat. Achmad Fathoni, Direktur R&D First Resources mengatakan paraquat akan dikurangi secara bertahap. “Tahun depan, kami targetkan tidak lagi gunakan paraquat,” ujarnya melalui pesan di whatsapp.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 November-15 Desember 2015)