JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pengembangan perkebunan sawit di India membuka peluang bagi produsen benih sawit Indonesia. Adalah PT Socfin Indonesia (Socfindo) yang mampu menembus pasar benih sawit di negara yang beribukota New Delhi ini.
“India mengajukan permintaan 3 juta kecambah sawit. Baru dikapalkan 2 juta kecambah semenjak Januari 2022,” ujar Agustiaman Purba, Seed Sales & Marketing PT Socfindo melalui sambungan telepon.
Agustiaman Purba menjelaskan bahwa permintaan datang dari perusahaan sawit di India. Varietas yang diminati pembeli adalah DxP Unggul Socfindo LaMe.
“Varietas ini diminati karena adaptif terhadap kondisi defisit air dan pertumbuhan tinggi yang melambat,” ujarnya.
Keunggulan utama yang dimiliki DxP Unggul Socfindo LaMe karena lebih toleran terhadap cekaman abiotik lingkungan sehingga mampu menghasilkan jumlah janjang per pokok 25-33 janjang per tahun pada umur 3-5 tahun setelah tanam. Selain itu, pertumbuhan meninggi yang lambat (40-50 cm per tahun) membuat siklus ekonomi varietas ini lebih panjang, dapat mencapai 30 tahun.
Agustiaman Purba menjelaskan bahwa Socfindo sudah menyiapkan kecambah karena pembeli sudah mengirimkan PO (pesanan pembelian) sehingga jadwal pengiriman sudah dibuat. Kegiatan ekspor kecambah sudah berjalan dari awal tahun ini. Tetapi, semenjak September dan Oktober ini tidak dapat dilakukan ekspor karena izinnya belum keluar. Walaupun, perusahaan sudah mengurus izin dari Juni.
“Padahal mulai 3 bulan sebelum pengiriman, kami sudah apply ijin ekspor secara on line. Tapi selama 4 bulan ini izin belum keluar mengakibatkan kecambah menjadi panjang lalu dimusnahkan yang mengakibatkan kerugian perusahaan. Dan juga pemerintah Indonesia tidak mendapat devisa,” urainya.
Menurut Agustiaman, keterlambatan penerbitan izin ekspor ini belum diketahui apa sebabnya. Apabila India tidak mendapatkan benih dari Indonesia, mereka akan mencari dari negara produsen sawit lainnya. seperti Malaysia, Thailand, Afrika, dan Amerika Latin. Bukan berarti kalau tidak bisa membeli dari Indonesia, program pengembangan sawit India tidak jalan.
“Tidak hanya izin ekspor kecambah, kami juga mendapatkan izin ekspor pollen sawit, sudah setahun diurus sejak Oktober 2021 tetapi belum terbit,” paparnya.
Saleh Mokhtar, Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian RI, mengakui sudah ada permohonan izin ekspor 16 juta kecambah yang sebagian besar ditujukan ke India.
“Selama ini memang sudah ada yang ekspor skalanya masih kecil tetapi pendistribusiannya ke banyak negara. Tetapi dengan adanya lonjakan permintaan bibit sawit yang tinggi dan pimpinan (Direktur Jenderal Perkebunan) sedang mendiskusikan ekspor akan dibuka seluas-luasnya atau akan ada kuota (batasan),” pungkasnya.