JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Benih adalah jembatan masa depan. Sehingga manajemen pengolahan dan sistem logistiknya perlu menjadi agenda penting. Hal ini disampaikan oleh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH), Fakultas Pertanian IPB University, Prof Edi Santosa dalam kegiatan Webinar dan Bimbingan Teknis AGH seri ke-3 ‘Sistem Logistik dan Jaminan Mutu Benih untuk Swasembada Pangan Indonesia’, 11/3. Prof Edi mengatakan, benih bermutu unggul akan menghasilkan tanaman pangan berkualitas.
“Swasembada pangan yang kita idam-idamkan itu harus didukung oleh ketersediaan dan kualitas benih yang baik dan keterjangkauannya, sentra produksi benih terpusat di Indonesia sehingga tentu manajemen di tingkat nasional atau sistem logistik menjadi hal yang sangat penting,” terangnya.
Marsekal Madya TNI, Daryatmo, Ketua Dewan Pengurus PPSN dalam sambutannya juga mengatakan manajemen logistik benih perlu diperbaiki, terutama karena adanya potensi bencana alam dan perubahan iklim.
“Terjadinya polarisasi kehidupan sosial akibat residu proses demokratisasi juga akan mengarah kepada krisis sosial dan pangan yang dapat memicu konflik,” ujarnya dalam webinar yang diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Strategi Nasional (PPSN) dan Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) ini.
Senada, Dr M Rahmad Suhartanto, Dosen IPB University dari Departemen AGH menerangkan, pertanian modern 4.0 dengan teknologi presisi membutuhkan benih dengan mutu yang prima dengan jumlah yang besar. Pengolahan benih menjadi salah satu solusi penting dalam industri benih.
“Jika menduga produksi benih di lapangan dengan tepat, tetapi processing-nya dilakukan dengan cara yang salah, tentunya usaha yang mahal dan lama dalam proses produksi benih akan sia-sia. Akibatnya, distribusi benih didominasi oleh benih berkualitas kurang baik,” ujarnya.
Ia menjabarkan, kegiatan dalam proses pengolahan benih cukup panjang, mulai dari pengeringan hingga pengemasan. “Seandainya abai dalam proses pengolahan benih dan tidak segera dipanen setelah masa fisiologisnya, seperti dikeringkan dan dibersihkan, akibatnya mutunya akan turun,” lanjut Dr M Rahmad.
Proses pengeringan dengan suhu yang tepat juga akan menentukan vigor dan daya simpan benih. Ia menyarankan penangkar benih lebih berhati-hati melakukan proses pengeringan.
Dr M Rahmad merekomendasikan proses pra-pengeringan dengan menghembuskan udara dengan mesin blower sebelum proses pengeringan berlangsung. Selanjutnya dilakukan evaporasi bertahap yang turut mengurangi biaya produksi. Tidak luput proses pembersihan dan pemilahan benih juga diperhatikan.
“Strategi untuk menghasilkan benih bermutu dengan jumlah yang besar yaitu dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas pengolahan penangkar benih,” katanya.
Candra Budiman M Si, Dosen Departemen AGH, Faperta IPB University juga menjelaskan terkait pengembangan inovasi metode uji cepat vigor benih untuk menyediakan benih bermutu tinggi. Metode ini dilakukan dengan pemunculan radikula menggunakan pengolahan citra digital melalui perangkat lunak. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk memprediksikan nilai viabilitas atau vigor benih.
Pengembangan metode uji vigor benih ini dinilai lebih cepat, akurat dan objektif. Terlebih selama ini uji vigor yang tersedia masih bersifat subjektif. Uji coba metode ini sudah dilakukan untuk komoditas padi, kedelai, tomat, cabai rawit, timun dan sebagainya.
“Citra digital yang diperoleh dijadikan evaluasi data, selanjutnya dikorelasikan dengan persamaan sederhana untuk menduga nilai vigor benih secara kasar atau sederhana. Tantangannya, kami perlu menciptakan model penilaian yang kompatibel untuk viabilitas dari semua komoditas pangan,” tutupnya.
Sumber: ipb.ac.id