Selama pandemi dari tahun 2020, ketersediaan pupuk terbatas dan harganya pun mengalami kenaikan yang signifikan. Kondisi ini banyak dikeluhkan oleh para petani.
Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga pupuk seperti saat ini. Pertama-tama adalah masalah Commodity Super Cycle. Tahun 2020 hingga tahun ini disebut-sebut sebagai tahun Commodity Super Cycle seperti yang telah pernah terjadi sebelumnya di tahun 2007-2010. Sebagaimana kita ketahui, pupuk yang beredar di dunia saat ini mempunyai kandungan Nitrogen, Phosphat dan Kalium yang merupakan bagian dari komoditi.
Untuk contoh lain, bisa kita memantau harga tembaga, batu bara, timah, dan CPO dimana sepanjang tahun 2021 ini harga-harga terus naik dan sudah mencapai harga tertingginya dibanding beberapa tahun lalu. Kita ambil salah satu contoh batu bara, saat tulisan ini dibuat di akhir bulan September 2021, harga batu bara sudah mendekati USD 210/MTon, dimana harga terendahnya di awal tahun 2020 berada pada harga USD 40-50/Mton.
Sementara itu, faktor lainnya adalah shortage container atau keterbatasan kontainer selama pandemi. Pemicunya dari masalah kontainer ini tidak lain karena adanya lockdown di sejumlah wilayah dan pembatasan perdagangan lintas wilayah yang mengakibatkan perputaran arus barang melalui kontainer menjadi terhambat. Ini menyebabkan freight (ongkos angkut) kontainer juga naik gila-gilaan hingga ratusan persen.
Kedua faktor inilah yang menyebabkan harga pupuk naik terus-terusan hingga saat ini. Tentunya kami sebagai pemasok tidak ingin hal seperti ini terjadi berkepanjangan. Biasanya, harga yang naik secara terus-terusan akan kembali turun suatu saat nanti, mencari titik keseimbangan baru. Meskipun, sepertinya akan berat harga pupuk akan kembali keawal seperti harga sebelum pandemi.
Penjelasan lebih lanjut tentang permasalahan ini bisa ditonton video pada channel YouTube kami: NPK Mutiara TV, yang berjudul, “TTO Eps 57: Bicara Pupuk GROWER, Efisiensi Pemakaian Pupuk, dan Harga Pupuk yang Naik Terus”.
Kepala Agronomis PT Meroketetap Jaya, Ermain menyarankan agar petani untuk mensiasati mahalnya harga pupuk dengan cara melakukan empat (4) hal dalam merespon situasi seperti saat ini agar hasil budidaya petani tetap optimal. Yaitu, dengan mensubtitusi pupuk, melakukan pembenahan tanah, memakai agen hayati, dan menggunakan bio stimulan.
“Saat harga pupuk tinggi, petani harus tetap melakukan pemupukan, jangan mengurangi dosis pupuk, dan pilih pupuk yang cocok sebagai substitusi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri,” papar Ermain.
Untuk substitusi pupuk ini, Ermain menganjurkan petani, misalnya untuk tanaman sawit. Jika susah mendapatkan NPK Mutiara 16-16-16 atau pun pupuk tunggal kami seperti Meroke MOP, pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman sawit bisa lengkap tercukupi dengan pemberian pupuk SS (AMMOPHOS) dan Meroke KKB.
SS (AMMOPHOS)
Pupuk SS (AMMOPHOS) merupakan pupuk majemuk yang mengandung 16 % Nitrogen, 20 % Fosfat, dan 12 % Sulfur. Unsur-unsur hara tersebut merupakan komponen protein yang diserap pada awal pertumbuhan vegetatif (pertumbuhan akar, daun, dan anakan), yang kemudian ditrans lokasikan dalam tanaman dan berperan dalam peningkat akan hasil produksi.
Unsur hara P sangat diperlukan tanaman pada tahap pertumbuhan, terutama untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan akar. Sementara itu, unsur hara N dapat mempengaruhi ketersediaan dan meningkatkan penyerapan P. Apa bila unsur P diaplikasikan bersamaan dengan N, maka P akan lebih tersedia dan lebih banyak diserap tanaman dibandingkan bila P diaplikasikan sebagai pupuk tunggal.
Unsur hara S juga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, sehingga jumlah N yang diambil oleh tanaman lebih banyak. Sebagai pupuk majemuk, ketiga unsur hara dapat diberikan serentak pada saat bersamaan. Sebab, sudah ada dalam setiap butir pupuk SS (AMMOPHOS). Sehingga, penyebaran hara lebih merata dan meningkatkan proses penyerapan hara oleh tanaman.
Dengan demikian, jumlah unsur hara yang diserap tanaman menjadi lebih banyak bila dibandingkan diberikan secara terpisah. Keunggulannya lainnya, pupuk SS (AMMOPHOS) memiliki kualitas majemuk granular dan Nitrogen dalam bentuk Amonium.
Bila SS (AMMOPHOS) dicampur dengan Meroke KKB, akan menjadi pupuk sawit yang lengkap (N, P, K, Mg + B).
“Kombinasi pupuk majemuk SS (AMMOPHOS) dan Meroke KKB itu bisa menekan biaya pemupukan bila dibandingkan dengan pemakaian pupuk tunggal. Juga, pemakaian kedua pupuk ini dapat hemat tenaga kerja dan waktu,” lanjut Ermain.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 120)