JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk menjaga kenaikan produksi CPO sepanjang kuartal pertama 2018 sebesar 14,2% menjadi 50.246 ton, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu berjumlah 43.992 ton. Salah satu faktor penopang produksi CPO yaitu peningkatan pembelian TBS pihak ketiga.
Merujuk laporan berita investor kuartal I-2018, Perseroan memulai tahun 2018 dengan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang relatif stabil sebesar 149.403 metrik ton (mt) pada kuartal pertama 2018, dibandingkan dengan 150.494 mt di kuartal pertama 2017.
Untuk menjaga produksi CPO, perseroan meningkatkan pembelian TBS pihak ketiga sebesar 56,1% menjadi 77.906 mt sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Sebagai informasi, Perkebunan inti milik perusahaan di Sumatera Utara I dan perkebunan kami yang baru menghasilkan di Kalimantan Barat melanjutkan tren positifnya dalam produksi TBS, terutama peningkatan yang terjadi di perkebunan Sumatera I yang telah pulih dari dampak kekeringan panjang yang terjadi pada pertengahan tahun 2016.
Sementara itu, Perseroan juga mencatat kenaikan volume penjualan CPO sebesar 1,3%, menjadi 42.833 mt pada kuartal pertama 2018 dibandingkan 42.300 mt di periode yang sama tahun lalu. Selain itu, penjualan PK naik sebesar 44,3% dari 7.935 mt di kuartal pertama 2017 menjadi 11.450 mt di kuartal pertama 2018.
Sepanjang kuartal pertama tahun 2018 harga pasar CPO terus mengalami tren penurunan, hal ini menyebabkan Perseroan menjual CPO dengan Harga Jual Rata-rata (HJR) masing-masing sebesar USD 581/mt dibawah HJR di kuartal pertama 2017 yang sebesar USD 662/mt. Sementara itu, HJR PK pada kuartal pertama 2018 sebesar USD 499/mt lebih rendah dibandingkan dengan HJR PK pada kuartal pertama 2017 yang sebesar USD 617/mt.
Penurunan harga berdampak kepada pendapat emiten berkode ANJT. Sampai kuartal pertama, pendapatan perseroan sebesar US$30,95 juta atau Rp 420,1 miliar. Kinerja ini lebih rendah 11% dari kuartal pertama 2017 senilai US$ 34,8 juta atau Rp 464,5 miliar.
Kendati demikian, beban pokok penjualan kami mengalami penurunan sebesar 20% menjadi USD 24,5 juta, terutama disebabkan oleh turunnya biaya produksi minyak kelapa sawit dan juga adanya penyisihan dari penurunan nilai persediaan sagu.
Perseroan mencatat beban usaha (pendapatan usaha) bersih sebesar USD 6,5 juta, mengalami penurunan yang signifikan dari pendapatan usaha sebesar USD 29,6 juta pada kuartal pertama 2017, hal ini terutama dikarenakan adanya pengakuan keuntungan dari penjualan investasi kami di PT Agro Muko pada Maret 2017.