• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Tuesday, 3 October 2023
Trending
  • Asap Tidak Masuk ke Malaysia
  • Peluang Investasi Pertanian Sangatlah Besar
  • Harga CPO Melemah, Ekspansi Industri Mamin Tertahan
  • Ini 5 Manfaat Sawit Bagi Industri Batik Nasional
  • NTP September Naik, Salah Satu Penyumbangnya Kelapa Sawit
  • Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Turun Langsung Memimpin Koordinasi Penanganan Karhutla
  • IPB University Me-Launching Inovasi Sosial ‘Rumah Sawit’
  • Teladan Prima Agro Terus Pacu Kinerja, Produksi CPO dan TBS Meningkat Pada Semester Pertama 2023
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Seminar Indonesian Sustainable Palm Oil : Partisipasi Perusahaan Diharapkan Tumbuh
Seremoni

Seminar Indonesian Sustainable Palm Oil : Partisipasi Perusahaan Diharapkan Tumbuh

By RedaksiSeptember 18, 20145 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Sudah berjalan dua tahun, belum banyak perusahaan kelapa sawit yang “lulus” audit sertifikasi ISPO. Kendati bersifat mandatori, kalangan perusahaan berpikir dua kali karena mengikuti sertifikat lain seperti RSPO. Guna mendorong partisipasi perusahaan, Komisi ISPO meminta masukan dari mereka khususnya prinsip dan kriteria.

Kewajiban sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi pemangku kepentingan industri sawit tidak bisa dianggap remeh. Fakta berbicara banyak pelaku sawit yang belum dapatkan sertifikat ISPO akibat usaha perkebunannya  melanggar aturan. Sebagai informasi, ISPO adalah kegiatan verifikasi terhadap perusahaan perkebunan untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan mereka terhadap regulasi.  

Herry Priyono Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian,  pada acara seminar ISPO di Hotel Gran Melia, mengatakan  skema ISPO telah diluncurkan pada bulan Maret tahun 2011 dan berlaku penuh sejak 1 April tahun 2011.  Sejak penerapannya sudah 19 perusahaan yang telah disertifikasi oleh ISPO dan 9 lembaga sertifikasi telah ditunjuk untuk melaksanakan sertifikasi ISPO. Target sertifikasi ISPO pada akhir tahun 2013 diperkirakan 30 sampai dengan 50 perusahaan perkebunan kelapa sawit tersertifikasi.

Ismu Zulfikar, Head of Environment PT Sinar Mas Agro and Resources Technology (SMART) Tbk  menilai keterlibatan  pelaku perkebunan sawit baik perusahaan, plasma, maupun swadaya mutlak dibutuhkan. Menurutnya hal ini dibutuhkan untuk mendukung daya produksi perusahaan, karena bila plasma tidak diikutsertakan dalam ISPO sementara regulasi ISPO mengikat keseluruhan produk kelapa sawit, maka produksi plasma tidak mampu dijual. 

Baca juga :   Pertemuan SVOC di Mumbai, Apkasindo Tegaskan Pentingnya Petani Dalam Industri Sawit Berkelanjutan

Selanjutnya Ismu memberikan masukan bahwa pada penerapan ISPO belum memiliki kemampuan trace back atau pembuktian bahwa satu perkebunan telah menerapkan ISPO selain ditandai dari sertifikatnya. Menurut Ismu Zulfikar, proses trace back ini penting untuk membuktikan bahwa produk CPO yang dijual telah lulus sertifikasi ISPO. Sehingga, produk yang diproduksi mampu dimaksimalkan penjualannya.

“Semisal dalam setahun, produksi CPO perusahaan dapat mencapai 200 ribu ton yang bersertifikat ISPO. Nah, proses produksi harus dapat dipertanggungjawbkan end user. Sekarang tahapnya baru di tingkat manajemen tapi bagaimana pengguna dapat percaya produksi tadi berasal dari perkebunan yang sustainable, itu yang belum bisa dibuktikan. Karena dalam audit belum kelihatan,” jelasnya.

Ditambahkan kembali, proses penelusuran (traceability) proses produksi CPO untuk  ISPO dapat mengikuti sistem ISCC – sertifikasi untuk energi terbarukan di pasar Uni Eropa –  karena  semua sudah tertulis. Sebagai contoh,  kegiatan produksi perusahaan A mulai dari kebun,  buah, menjadi minyak sampai dibawa ke bulking, dan  dibawa produsen itu bisa dilacak asalnya.

Bukan hanya dari segi manajemen, para pelaku sawit juga banyak mengeluhkan biaya sertifikasi ISPO yang tinggi. Biaya proses  sertifikasi ISPO menjadi tinggi karena dana dialokasikan ke pos-pos yang berbeda-beda. Ida Bagus Mayun, Coordinator Sustainability PT  Sarana Inti Pratama mengeluhkan beban perusahaan kian bertambah karena harus mengikuti audit sertifikasi yang bermacam-macam misalkan RSPO, ISPO, dan ISCC.

Baca juga :   Jaga Akses Pasar  Sawit di India, CPOPC Tegaskan Komitmennya pada Industri Berkelanjutan

Sebagai solusinya, Ida Bagus Mayun meminta sertifikasi ISPO dapat digandengkan sertifikat lain seperti RSPO. Alternatif lain sertifikat itu dapat  dikombinasikan.  Langkah ini diambil guna menghemat biaya sertifikati yang ditanggung perusahaan. 

 Rosediana Suharto, Ketua Komisi Harian ISPO, mengakui adanya usulan penggabungan sertifikat ISPO dan RSPO dari kalangan perusahaan sawit. Permintaan ini tampaknya akan sulit direalisasikan karena sifat dari  kedua sertifikasi ini berbeda. Kalau ISPO bersifat mandatori yang berdasarkan aturan pemerintah, sedangkan  RSPO bersifat sukarela dan berdasarkan kepentingan bisnis perusahaan. 

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Pertanian sendiri meyakinkan para pelaku kelapa sawit untuk tidak risau melihat pasar CPO berkelanjutan akan semakin terbuka lebar. Herry Priyono mengungkapkan meskipun permintaan CPO berkelanjutan belum sebesar yang diharapkan, akan tetapi permintaan tersebut akan meningkat di waktu mendatang, terutama setelah 2014. “Eropa sudah mempersyaratkan akan membeli minyak sawit yang berkelanjutan untuk penggunaan industri dan energi terbarukan,” ujar Herry.

Kementerian Pertanian juga sudah berinisiatif melakukan pendekatan kepada beberapa negara perihal ekspor berkelanjutan ini untuk modal ekspor. “Saat ini pengakuan dan pendekatan ISPO telah dilaksanakan Kementerian Pertanian melalui mekanisme bilateral dan multilateral kepada beberapa negara misalnya Cina, Inggris, Belanda,” sambung Herry.

Dengan ISPO, ini sebenarny pelaku sawit dapat belajar apa saja kekurang yang dimiliki kebun, dari aspek perkebunan. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan beberapa peserta seminar di dalam seminar ISPO yang mengungkapkan permasalahan misalkan ada kebun yang punya HGU tapi belum punya Izin Usaha Perkebunan (IUP). Lewat ISPO ini, kata Rosediana, permasalahan ini dapat dibantu karena tim di dalam ISPO ini melibatkan kementerian dan lembaga terkait. 

Baca juga :   Serangga Dapat Tingkatkan Produksi Sawit, Ini Penjelasan Perhimpunan Entomologi Indonesia

Perpanjangan batas waktu

Joko Supriyono, Sekretaris Jendral Gapki, meminta supaya pemerintah dapat memperpanjang batas waktu ISPO, yang ditetapkan 31 Desember 2014. Hal ini disebabkan masih sedikitnya perusahaan perkebunan yang mengajukan diri untuk pendaftaran. “Proses ISPO ini termasuk berjalan lambat,”ujarnya.

Rusman Heriawan,Wakil Menteri Pertanian, dalam kesempatan terpisah mengakui baru 19 kebun yang memperoleh sertifikat ISPO dari 18 perusahaan. Padahal, jumlah perusahaan mencapai  820 yang harus melewati proses ISPO lewat auditor lembaga sertifikasi.  

“Harus diakui, kemajuan ISPO ini tergolong kurang cepat. Penyebabnya, bisa dari perusahaan yang kurang aktif. Atau bisa juga  lembaga sertifikasinya terlalu banyak yang dikerjakan,” ujarnya. 

Ismu Zulfikar mengungkapkan Kementerian Pertanian harus memberikan batas waktu yang jelas untuk batas waktu pendaftaran ISPO. Memang, pada prinsipnya sampai 2014 terdapat harapan semua kebun dan pabrik sudah bisa ISPO. Tapi, hal ini mesti dilihat lagi sejauh mana progressnya. (Anggar S)

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Harga CPO Melemah, Ekspansi Industri Mamin Tertahan

5 hours ago Berita Terbaru

Ini 5 Manfaat Sawit Bagi Industri Batik Nasional

12 hours ago Berita Terbaru

NTP September Naik, Salah Satu Penyumbangnya Kelapa Sawit

16 hours ago Berita Terbaru

Globoil India 2023, Wamendag: India Mitra Strategis Industri Sawit Indonesia

20 hours ago Berita Terbaru

BPDPKS Kucurkan Rp 90 Miliar Kepada 23 Lembaga Litbang

1 day ago Berita Terbaru

Serangga Dapat Tingkatkan Produksi Sawit, Ini Penjelasan Perhimpunan Entomologi Indonesia

2 days ago Berita Terbaru

Regulasi Pabrik Sawit Rakyat Wajibkan 30% Modal Kerja, Petani Banten: Pemerintah Jangan Lepas Tangan

3 days ago Berita Terbaru

Sime Darby Plantation dan Godrej Agrovet Sepakati Pengembangan Benih Sawit, Tahap Pertama Dikirim 1,3 Juta Kecambah

3 days ago Berita Terbaru

Harga TBS Kaltim Periode 16-30 September Turun Menjadi Rp2.198,63 per kg

4 days ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Cover Majalah Sawit Indonesia Edisi 143

Edisi Terbaru 2 weeks ago1 Min Read
Event

Advokasi Sawit Dan Peluncuran Buku Mitos Vs Fakta Sawit

Event 2 months ago2 Mins Read
Latest Post

Asap Tidak Masuk ke Malaysia

29 mins ago

Peluang Investasi Pertanian Sangatlah Besar

1 hour ago

Harga CPO Melemah, Ekspansi Industri Mamin Tertahan

5 hours ago

Ini 5 Manfaat Sawit Bagi Industri Batik Nasional

12 hours ago

NTP September Naik, Salah Satu Penyumbangnya Kelapa Sawit

16 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.