Lemahnya harga sawit berdampak buruk kepada pendapatan perusahaan sampai pertengahan tahun ini. Rata-rata pendapatan turun antara 5-12%. Berharap membaiknya harga CPO dan kenaikan permintaan.
Berdasarkan kajian Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), dalam periode Januari-Juni 2015, harga CPO dunia mengalami penurunan dan terendah dalam 8 tahun terakhir. Bahkan pergerakan penurunan harga CPO dunia secara gradual sepanjang 15 bulan (April 2014-Juni 2015) belum pernah terjadi setidaknya sejak tahun 2000.
Harga CPO CIF Rotterdam turun sekitar 25 persen dari rata-rata USD 896/ton (Jan-Jun 2014) menjadi hanya USD 665/ton (Jan-Jun 2015). Akibatnya harga FOB Belawan juga mengalami penurunan sebesar 26 persen dari USD 852/ ton turun menjadi 627/ton. Di dalam negeri, harga CPO turun dari rata-rata Rp 9.776/kg menjadi Rp 8.514/kg atau turun sebesar 13 persen.
Berdasarkan data 10 emiten agribisnis yang bergerak di kelapa sawit antara lain PT Sinarmas Agro Resources and Technology (Smart) Tbk, PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Salim Ivomas Pratama Tbk, PT PP London Sumatra Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, PT Dharma Satya Nusantara Tbk, PT Eagle High Plantation Tbk, dan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. Total pendapatan 10 emiten dari Januari sampai Juli 2015 mencapai Rp 44,1 triliun atau turun 2% dari periode sama tahun lalu sekitar Rp 45 triliun.
Dari 10 perusahaan tersebut, hanya dua perusahaan sawit yang pendapatannya tetap tumbuh yaitu PT Smart Tbk dan PT Eagle High Plantation Tbk. Pendapatan PT Smart Tbk tumbuh 5% mencapai Rp 18,27 triliun atau naik 5% dari periode sama tahun lalu berjumlah Rp 17,4 triliun. Performa anak usaha Sinarmas Grup ini tertolong penjualan produk hilir sawit yang berkontribusi 59%. Sedangkan, segmen CPO dan non produk turunan menyumbang 41%.
PT Eagle High Plantation Tbk mencetak pendapatan Rp 1,49 triliun sampai pertengahan tahun ini. Nilai ini lebih tinggi dari pertengahan tahun kemarin berjumlah Rp 1,23 triliun. Peningkatan dari sokongan volume penjualan CPO dan PK. Volume penjualan CPO perusahaan naik 6% menjadi 90.049 ton dan penjualan palm kernel tumbuh 0,2% menjadi 14.608 ton. Walaupun demikian, rata-rata harga jual CPO perusahaan minus 5% menjadi Rp 7.222 per kilogram.
PT PP London Sumatra Tbk termasuk perusahaan yang merosot pendapatannya di atas 10%. Anak usaha Grup Indofood ini lebih rendah penjualannya 12,3% menjadi Rp 2,08 triliun dibandingkan semester pertama tahun kemarin Rp 2,37 triliun. Penurunan penjualan disebabkan lemahnya harga jual rata-rata dua komoditi utama perusahaan seperti sawit dan karet. Dari jumlah penjualan volume penjualan minyak sawit turun 1% menjadi 211.942 ton ketimbang pertengahan pertama tahun 2014 sebesar 214.038 ton.
Berikutnya, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk yang tergerus pendapatannya 13,3% menjadi US$ 72,2 juta pada semester pertama ini. Lebih rendah dari periode sama tahun lalu berjumlah US$ 83,3 juta. Pemicunya adalah longsornya rata-rata harga jual CPO hingga 22,4% menjadi US$ 583 per ton dari pertengahan tahun kemarin sebesar US$ 752 per ton. Beruntung, volume penjualan emiten berkode ANJA ini tumbuh menjadi 89.909 ton atau naik 9,2% dari periode sama tahun lalu berjumlah 82.279 ton.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Agustus-September 2015)