Salam Sawit Indonesia,
Harga sawit mengalami penurunan semenjak tiga bulan terakhir. Banyak faktor yang menerangkan kondisi harga sawit mulai dari persoalan perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat hingga hambatan dagang di sejumlah negara tujuan seperti Indonesia. Di dalam negeri, penggunaan B20 belum maksimal karena persoalan distribusi dan logistik. Kendati demikian, pemerintah berupaya memperbaiki persoalan pengiriman biodiesel di wilayah Indonesia Timur.
Sebagai komoditas global, harga sawit memang dipengaruhi berbagai faktor baik secara langsung dan tidak. Yang mesti diwaspadai adalah tekanan negara pembeli kepada harga jual CPO. Walaupun belum diketahui bagaimana intervensi secara langsung terhadap. Kalaupun secara tidak langsung melalui kampanye hitam dan kewajiban sertifikasi supaya harga sawit menjadi tidak efisien.
Rubrik Sajian Utama mengulas perkembangan Instiper Yogyakarta di usia ke-60 sebagai lembaga pencetak SDM perkebunan. Kemampuannya beradaptasi dan membaca zaman patut diacungi jempol. Konsep New INSTIPER with Advanced Technology (NIwAT) 18/22 merupakan Instiper untuk bisa bertransformasi. Transformasi Instiper bukan hanya di bidang kurikulum melainkan sampak infrastruktur dan output mahasiswanya.
Sementara itu di Rubrik Kinerja, ulasan mengenai persoalan harga sawit terutama harga TBS sawit diungkapkan secara gamblang. Mulai dari kalangan petani sampai pelaku usaha mengajukan gagasan. Ada tiga hal penting untuk mengatasi harga yaitu percepatan dan kemudahan menjalankan replanting, penyesuaian tarif pungutan ekspor sawit, dan optimalkan B20.
Pembaca kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan kepercayaan yang telah diberikan selama ini. Semoga Majalah SAWIT INDONESIA tetap di hati.