JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kebutuhan minyak sawit di sejumlah negara berpenduduk muslim mengalami anomali. Kalau biasanya, permintaan naik karena konsumsi minyak sawit bertambah pada selama bulan Ramadhan dan pada hari Raya Idul Fitri. Lain halnya dengan tahun ini karena terjadi penurunan permintaan.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Penurunan yang sangat signifikan dicatatkan Pakistan sebesar 31% dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 207,21 ribu ton di April turun menjadi 142,21 ribu ton pada Mei. Disusul permintaan dari negara-negara Timur Tengah yang membukukan penurunan 23%.
Walaupun banyak penurunan permintaan di beberapa negara. Ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang Mei hanya terkerek 2% saja atau dari 2,56 juta ton di April meningkat menjadi 2,62 juta ton pada Mei. Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia selama periode Januari – Mei 2017 tercatat meningkat 29% dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu, atau dari 9,35 juta ton meningkat menjadi 12,10 juta ton.
“Fakta ini menunjukkan pasar ekspor Indonesia tetap tumbuh meskipun berbagai kampanye hitam terus membayangi industri sawit,” tutur Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI dalam siaran persnya yang diterima redaksi pada Senin (17/7/2017).
Namun, besarnya arus ekspor tidak dibarengi dengan jumlah produksi minyak sawit Indonesia. Data GAPKI menunjukkan produksi minyak sawit (CPO dan PKO) sampai bulan Mei baru hanya terkerek 8% atau dari 3,08 juta ton pada April naik menjadi 3,33 juta ton pada Mei. “Sebenarnya, produksi sudah membaik tetapi masih belum maksimal,” pungkas Fadhil