Perkembangan perkebunan kelapa sawit dunia yang dinilai revolusioner ( cepat ) sesungguhnya hanya dibesar – besarkan saja. Data menunjukan bahwa espansi perkebunan kelapa sawit dunia jauh lebih lebih rendah dibandingkan dengan ekpansi perkebunan tanaman penghasil minyak nabati yang lain seperti kedelai, bunga matahari dan rapeseed.
Perubahan Luas Areal Perkebunan Penghasil Minyak | ||||
Nabati Utama Dunia 1965 – 2016 | ||||
Tanaman Minyak Nabati | Luas Areal ( Juta Ha ) | |||
1965 | 2000 | 2016 | Kenaikan 1965-2016 | |
Kedelai | 25,82 | 75,49 | 121,99 | 96,17 |
Rapeseed | 7,07 | 24,74 | 33,66 | 26,59 |
Bunga matahari | 7,54 | 19,76 | 24,69 | 17,15 |
Kelapa Sawit | 3,62 | 10,03 | 20,23 | 16,61 |
Sumber : Oil Word, USDA 2017
Dalam priode 1965-2016, luas areal tanaman kedelai dunia meningkat seluas 96,17 juta hektar. Demikian juga tanaman rapeseed dantanaman bunga matahari berturut-turut meningkat 26,59 juta dan 17.15 juta hektar pada periode yang sama. Sedangkan peningkatan luas areal kelapa sawit hanya sekitar 16,61 juta hektar atau hanaya 17% dari tambahan areal kedelai.
Dengan demikian, tanaman penghasil minyak nabati yang paling ekspansif adalah kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Sedangkan ekspansi perkebunan kelapa sawit relatif kecil dibandingkan dengan perkebunan penghasil minyak nabati lainnya tersebut.
Data diatas menunjukan bahwa secara internasional, perubahan tata guna tanah termasuk didalamnya deforestasi ( Land Use Land Use Change Forestry/LULUCF ) yang terbesar terjadi pada perkebunan kedelai, kemudian disusul perkebunan rapeseed dan perkebunan bunga matahari.
Sumber : Mitos vs Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia, PASPI 2017