JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kelapa sawit terus mendapatkan tekanan dari dalam dan luar negeri. Walaupun, komoditas emas hijau ini berkontribusi positif kepada perekonomian negara.
Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, menyebutkan selama bertahun-tahun komoditas sawit menjadi penyumbang devisa terbesar ekspor non migas .
Rata-rata pemasukan ekspor sebesar US$20 milyar. Pada 2015, nilai devisa menjadi 18,5 milyar dollar AS. Sementara, devida sektor minyak dan gas sebesar US$ 12,5 milyar pada 2015. Artinya, sawit penyumbang terbesar devisa ekspor Indonesia.
“Tapi kenapa Pemerintah kurang melindungi industri ini, instead industri ini digoyang terus akibat tekanan politik negara maju soal isu deforestasi, kerusakan gambut,” ujar Joko seperti ditulis dalam laman facebook-nya.
Lebih lanjut, kata Joko, dibalik trade war ini semua adalah kepentingan bisnis minyak nabati global. “Saatnya kita tidak boleh menjadi bangsa inferior,” pinta Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada ini. (Qayuum)