Penulis: Nurafni Octora (Mahasiswa Universitas Riau)
Sawit adalah tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak nabati dan merupakan salah satu komoditi andalan di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti Riau, Kalimantan, dan Sumatera Utara. Minyak sawit merupakan minyak nabati favorit dibandingkan dengan minyak nabati lain di pasar global. Indonesia menjadi salah satu pemasok minyak sawit terbesar, meskipun tingkat produktivitasnya masih di bawah Malaysia. Industri sawit bukan hanya industri yang menghasilkan produk olahan minyak nabati saja, melainkan sudah menjadi kunci pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Industri sawit mampu meningkatkan pendapatan negara dan menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk yang terdiri dari petani pemilik lahan, petani pekerja, serta buruh pabrik di industri sawit. Lebih dari 40% lahan sawit berada di daerah kecil, sehingga industri sawit memiliki peranan dalam pembangunan berkelanjutan khususnya ditingkat pedesaan.
Penggunaan minyak sawit telah mendapatkan kritik sejak beberapa dekade terakhir yang menyatakan bahwa aktivitas industri sawit menjadi salah satu penyebab kerusakan hutan dan penyebab kebakaran yang berujung dengan munculnya kabut yang sampai ke negara lain, serta mengganggu kesehatan manusia. Kerusakan hutan akibat aktivitas industri sawit juga turut mengancam punahnya berbagai hewan beserta dengan habitatnya. Para kritikus dunia telah mendorong konsumen dan berbagai organisasi dunia untuk menolak produk yang menggunakan minyak nabati yang berasal dari sawit. Parlemen Eropa juga sampai mengeluarkan larangan untuk menggunakan minyak nabati yang berasal dari sawit. Banyak petani dan perusahaan sawit yang merugi akibat adanya kebijakan tersebut.
Eropa dan Amerika menggunakan kedelai sebagai pengganti minyak nabati yang berasal dari sawit. Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang membutuhkan kelembapan tanah yang cukup serta suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimal. Minyak nabati kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak. Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Minyak nabati kedelai ini dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan makanan ringan, kosmetik, sabun, dan banyak lagi produk lainnya. Amerika adalah negara dengan lahan kedelai terluas dan selalu berinovasi untuk menghasilkan kedelai transgenik agar dapat menghasilkan kedelai dengan produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, Amerika menjadi pengekspor kedelai di pasar global.
Subtitusi kedelai sebagai pengganti minyak nabati sawit ini tentu menjadi sebuah persoalan baru. Tanaman kedelai sebagai pengganti minyak nabati sawit memerlukan lahan yang lebih luas dari lahan sawit untuk menghasilkan minyak nabati kedelai yang setara dengan minyak nabati sawit. Oleh karena itu, masalah ini akan menimbulkan ancaman penebangan hutan untuk membuka lahan baru. Pembukaan lahan dengan merusak hutan dan habitatnya merupakan salah satu aktivitas pertanian yang sangat bertolak belakang dengan sistem pertanian berkelanjutan. Dilihat dari segi ekonomi, penggunaan minyak nabati sawit lebih efektif dibandingkan dengan minyak nabati kedelai.
Dengan demikian, sawit memiliki potensi yang sangat besar apabila diolah dan dikerjakan dengan menerapkan pertanian yang berkelanjutan dalam proses pertaniannya. Penggunaan minyak sawit jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan minyak kedelai. Bahkan, penggunaan minyak nabati yang berasal dari sawit mampu mengurangi deforestrasi (penggundulan hutan) di Eropa sebagai lahan pertanian kedelai. Penerapan pertanian yang berkelanjutan dalam indusrti sawit yaitu dengan mengembangkan, menjaga kualitas minyak sawit, memproduksi, menerapkan pertanian yang tidak merusak alam serta meminimalisir dampak negatif bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Pengolahan limbah sawit sebagai pembangkit listrik tenaga biogas juga menjadi salah satu aktivitas sistem pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan. Penerapan pertanian berkelanjutan pada industri sawit dapat membangkitkan kembali eksistensi sawit sebagai minyak nabati terfavorit di dunia. Oleh karena itu, diperlukan penerapan pertanian berkelanjutan oleh petani sawit maupun perusahan yang berkecimpung diindustri sawit untuk membangkitkan kembali eksistensi sawit di pasar global, sehingga industri sawit dapat kembali menjadi kunci pembangunan berkelanjutan di Indonesia. (*)
(Publikasi Naskah bagian kegiatan seminar PASPI)