PT Sandabi Indah Lestari berkontribusi terhadap roda perekonomian di Bengkulu Utara. Dalam sebulan, perusahaan ini mengeluarkan uang senilai Rp 6 miliar untuk pembelian TBS dan kegiatan operasional lain.
“Bisnis sawit ini tantangannya lebih berat dibandingkan bisnis utama saya di bidang pelayaran. Sawit ini menghadapi masyarakat. Lalu regulasi bermacam-macam dari tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat,” kata H.Soenarto, Presiden Direktur PT Sandabi Indah Lestari.
Sementara di bisnis pelayaran, kata Soenarto, cukup berurusan dengan Syahbandar dan Kementerian Perhubungan. “Bisnis perkapalan saya lebih dominan melayani batubara. Kalau pengiriman sawit masih kecil,” tambahnya.
Setelah terjun di bisnis sawit selama 20 tahun, Soenarto memahami bahwa industri kelapa sawit harus dikelola SDM profesional dan kompetensi baik. Saat ini, pria kelahiran Ngawi ini tidak perlu mondar-mandir menengok kebun. Sudah ada, pekerja profesional yang ditugaskan mengawasi jalannya kebun dan pabrik.
Selain itu, kelapa sawit akan lebih menguntungkan apabila ditopang kepemilikan pabrik sawit sendiri. Tanpa pabrik sawit, bisnis sawit kurang menguntungkan. “Dengan background di bidang teknik perkapalan, saya membangun Pabrik Kelapa Sawit (red-PKS). Sedikit banyak saya bisa mengetahui cara kerja PKS sehingga pabrik bisa bekerja 24 jam non stop dan sangat efisien
Walaupun jatuh bangun membangun perkebunan sawitnya, Soenarto tetap berkomitmen meneruskan bisnis ini. “Saya akan mengoptimalkan penanaman di landbank. Salah satunya, di unit kebun Seluma yang belum terselesaikan tetapi sudah kunjung membaik. Karena, sekarang kami punya SDM bagus,” paparnya.
Di Bengkulu Utara, PT Sandabi Indah Lestari punya kontribusi besar terhadap perekonomian lokal. Saat ini, perusahaan mengeluarkan dana Rp 800 juta–Rp 1 miliar per hari untuk pembelian Tandan Buah Segar (TBS) sawit masyarakat. Pembelian TBS sawit ditambah pembayaran gaji rata-rata mencapai Rp 6 miliar per bulan seluruhnya terbayar di Bengkulu Utara.
Itu sebabnya, kata Soenarto, keberadaan PT Sandabi Indah Lestari mampu menjadi penggerak roda ekonomi di desa/kecamatan sekitar kebun. Alhasil, kegiatan ekonomi masyarakat mampu menciptakan sektor ekonomi lain seperti warung, jasa angkutan, bengkel, dan jasa pengumpulan buah.
Berdasarkan studi PASPI bahwa devisa sawit tersebut yang dihasilkan dari kebun-kebun sawit yang tersebar pada lebih 200 kabupaten di Indonesia, meningkatkan pendapatan rakyat baik yang terlibat pada perkebunan sawit di 200 lebih kabupaten maupun masyarakat yang bekerja pada sektor-sektor yang menjual barang/jasa bagi perkebunan sawit.
Soenarto mengatakan kapal pengangkutan sawit milik perusahaan bernama SIL Express minimum mampu mondar-mandir tiga sampai empat kali dalam sebulan. “Kami belum melayani pengiriman CPO milik perusahaan lain. Tapi ada rencana ke depan untuk mewujudkan pembelian minyak sawit di luar kami,”tambahnya.