JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Sampoerna Agro Tbk membukukan penurunan penjualan di semester pertama 2023 sebesar 2,9% yoy menjadi Rp2,5 triliun. Turunnya pendapatan dipengaruhi harga rata-rata minyak sawit (“CPO”) mengalami penurunan sebesar 4,4% menjadi RM3.890/ton pada kuartal kedua tahun 2023.
“Normalisasi harga CPO dari level tertinggi di 1H22 menyebabkan harga jual CPO kami mengalami koreksi pada 1H23, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, Perseroan berhasil meningkatkan total volume produksi Tandan Buah Segar (TBS) (termasuk pihak eksternal) sebesar 8,1% yoy pada 1H23. Peningkatan volume ini membantu meredam penurunan EBITDA Perseroan, yang tercatat sebesar Rp596 miliar di 1H23 akibat koreksi harga CPO,” ujar Budi Halim, CEO Perseroan seperti dikutip dari laman perusahaan.
Selain itu, penurunan lainnya disebabkan oleh turunnya pendapatan dari inti sawit (“PK”), kontributor pendapatan terbesar kedua, sebesar 42,2% yoy menjadi Rp241 miliar akibat penurunan harga jual PK sebesar 48% yoy menjadi Rp5.636/kg. Volume penjualan PK yang lebih tinggi sebesar 11,7% yoy membantu meredam penurunan pendapatan dari PK.
Meskipun demikian, pendapatan dari CPO sebagai kontributor pendapatan terbesar, mengalami kenaikan sebesar 3,5% yoy menjadi Rp2,1 triliun yang ditopang oleh peningkatan volume penjualan CPO sebesar 29,5% yoy menjadi 180.936 ton di 1H23 walaupun harga jual rata-rata CPO lebih rendah 20% yoy menjadi Rp11.842/kg. Produksi inti Tandan Buah Segar (“TBS”) secara kuartalan meningkat 20% qoq menjadi 307.000 ton di 2Q23, sehingga total produksi TBS, termasuk kontribusi pihak eksternal, meningkat 17% qoq menjadi 459.140 ton di 2Q23.
Wilayah Kalimantan mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 27% qoq, sebagai dampak dari curah hujan yang rendah dan aktivitas panen yang lebih besar. Produksi TBS dari wilayah Sumatera juga meningkat sebesar 17% qoq. Secara kumulatif, produksi TBS dari area inti meningkat sebesar 3% yoy pada 1H23. Ditambah dengan produksi TBS yang lebih tinggi dari pihak eksternal, total produksi TBS Perseroan meningkat sebesar 8% yoy.
Sampoerna Agro tetap fokus pada strategi intensifikasi dalam bidang mekanisasi dan sistem pengelolaan air guna mengantisipasi potensi El-Nino yang mungkin terjadi pada 2H23. Disamping itu, Perseroan terus meningkatkan infrastruktur dan melakukan program digitalisasi. Hal ini diharapkan dapat membantu Perseroan untuk mencapai produksi CPO yang solid pada tahun 2023. Permintaan domestik minyak kelapa sawit di Indonesia diperkirakan tetap menguat berkat kebijakan campuran biodiesel yang lebih tinggi di Indonesia.