Jakarta, SAWIT INDONESIA – Asosiasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Sawit Indonesia (ALPENSI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah melangsungkan agenda Workshop Kurikulum. Kegiatan yang diadakan selama dua hari (24 – 25 Juni 2024) ini, menjadi tahapan awal pembahasan kurikulum Pendidikan vokasi Beasiswa SDM Sawit, yang diadakan pada pekan lalu, di Yogyakarta.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, pihak ALPENSI dan BPDPKS melibatkan tim dari Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY STIPER) sebagai panitia hingga akhir kegiatan.
Direktur Politeknik Citra Widya Edukasi (CWE) sekaligus Wakil Ketua ALPENSI, Ir. St. Nugroho Kristono, M.T, mengatakan seiring bertambahnya jumlah kuota penerima beasiswa SDM Sawit dan Lembaga Pendidikan (penyelenggara) perlu ada persamaan persepsi terkait dengan penyusunan kurikulum sebagai panduan penyelenggaraan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit berbagai program studinya.
“Untuk itu, perlu adanya persamaan persepsi dalam penyusunan pedoman (kurikulum) dalam penyelenggaraan pendidikan Beasiswa SDM Sawit. Kegiatan ini menjadi tahapan awal dan akan ada lagi pertemuan lain untuk pembahasan dan diputuskan kurilulum yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelengaraan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, pada Senin (1 Juli 2024).
“Kami (ALPENSI) berinisiatif perlu duduk bersama untuk menyamakan persepsi dalam penyusunan (pedoman) dalam pelaksanaan Pendidikan Beasiswa SDM Sawit. Tentunya, dalam penyusunannya, akan mengacu pada aturan yang ada yaitu kurikulum dan SKKNI terkait kelapa sawit berkelanjutan di Kementerian Pertanian. SKKNI terkait dengan pengolahan kelapa sawit dari Kementerian Perindustrian, dan SKKNI yang lainnya. Sehingga perlu disinergikan dengan Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Beasiswa SDM Sawit,” tambah Nugroho.
Sebagai informasi, di tahun ini ada 23 pendidikan tinggi/Lembaga Pendidikan yang telah ditunjuk BPDPKS untuk menyelenggarakan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit. Dengan kuota penerima Beasiswa SDM Sawit sebanyak 3.000 orang untuk jenjang Pendidikan D1, D2, D3, D4, dan S1.
Berikut ini perguruan tinggi/Lembaga pendidikannya Politeknik Aceh Selatan, Politeknik Jambi, Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI), Politeknik ATI Padang, Politeknik ATI Makassar, Politeknik Aceh, AKPY STIPER, Universitas Pasir Pengaraian – Riau, Universitas Koperasi Indonesia (IKOPIN), Universitas Islam Sumatera Utara, Sekolah Vokasi Undip, Universitas Prima Indonesia – Medan, Politeknik Teknologi Kimia Industri – Medan, Politeknik Kampar – Riau, Politeknik Pembangunan Pertanian – Medan, Polteknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) – Bekasi, Politeknik Caltex Riau, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari – Papua Barat, Politeknik Indonesia Venezuela – Aceh, Institut Teknologi Perkebunan Pelalawan Indonesia – Riau, LPP Perkebunan – Yogyakarta, Institut Teknologi Sains Bandung – Cikarang, Institut Pertanian STIPER – Yogyakarta.
Workhop Kurikulum berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dihadiri anggota ALPENSI dan menghadirkan para pakar yang memberikan masukkan dalam penyusunan kurikulum di antaranya Wikan Sakarinto (Mantan Dirjen Pendidikan Vokasi – Kemenristekdikti), Ir. Dharmansyah, M.Sc (LSP Perkebunan dan Hortikultura Indonesia), Agus Sutrisno,S.P, M.M (Group Departement Head, PT BGA), Arfie Thahar (Kadiv Program Pelayanan BPDPKS), dan Eva Lizarmi (Ketua Sekretariat Tim Pengembangan SDM Kelapa Sawit – Ditjen Perkebunan), Yudi Harianto (Ketua Tim Penjaminan Mutu Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi – Kemenristekdikti) dan Dr. Ari Wibowo dari Poltek ATK Yogyakarta mewakili
Kepala Badan Pengembangan SDM Industri Kemenperin.
.
Lebih lanjut, Nugroho mengatakan ada beberapa yang menjadi pembahasan di antaranya standar mutu sawit berkelanjutan. “Dalam penyelenggaraan Pendidikan vokasi Beasiswa SDM Sawit, mulai dari Program D1, D2, D3, D4 dan S1, tentunya ini perlu disinergikan dengan SKKNI dan KKNI-nya. Dan, selanjutnya, setelah berproses (di kampus), lulusan dari Pendidikan Beasiswa SDM Sawit harus terserap di industri sawit,” lanjutnya.
Pada kesempatan berbeda, hal senada disampaikan Wakil Direktur AKPY STIPER, Dr (C). Idum Satia Santi, S.P,M.P. Pihaknya mengatakan dalam pertemuan itu, ada beberapa pokok pembahasan salah satunya untuk menyamakan persepsi terkait dengan penyelenggaraan Pendidikan vokasi Beasiswa SDM Sawit. Sebagai tahapan dalam penyusunan kurikulum yang akan menjadi pedoman dalam penyelenggaraan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit.
“Sebab, ada beberapa Lembaga Pendidikan yang baru tergabung dan ditunjuk oleh BPDPKS untuk turut menyelenggarakan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit. Maka, seyogyanya diarahkan untuk sawit berkelanjutan sehingga satu pemahaman dari beasiswanya dari sawit untuk sawit. Di tahun ini, ada 10 Lembaga Pendidikan yang baru ditunjuk BPDPKS, sebelumnya hanya ada 13 Pendidikan tinggi/Lembaga Pendidikan. Jadi, di tahun ini jumlahnya bertambah menjadi 23 perguruan tinggi/Lembaga Pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit,” jelasnya.
“Nantinya, akan ada pertemuan lagi untuk memutuskan pedoman yang digunakan sebagai pegangan dalam penyelenggaraan Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM Sawit. Jadi, Lembaga Pendidikan sebagai penyelenggara Pendidikan Vokasi Beasiswa SDM, harus mengikuti pedoman yang ada dan diputuskan bersama (anggota ALPENSI),” imbuh Idum.