Salam Sawit Indonesia,
Dalam sejumlah kegiatan jumpa pers dengan topik kelapa sawit, seringkali muncul pertanyaan bagaimana produksi CPO nasional tahun ini? apakah naik atau turun?. Pertanyaan lain yang diajukan adalah dampak dari El Nino tahun lalu terhadap produksi tahun ini?. Sebagian besar punya asumsi sama bahwa produksi CPO tahun ini turun atau minimal sama seperti produksi tahun lalu. Bahkan dikatakan produksi masih melemah sampai 2017 akibat bencana kebakaran lahan pada tahun lalu.
Bulan ini, data yang dirilis GAPKI menunjukkan pasokan minyak sawit terpangkas signifikan. Penurunan suplai sepanjang dua bulan terakhir berdampak bagus kepada harga. Yang terlihat pelaku pasar merespon berkurangnya pasokan dengan peningkatan permintaan. Mandatori biodiesel 20% untuk kebutuhan domestik juga menopang bergairahnya harga. Meskipun, kenaikan tidak melejit. Tetapi, pergerakan harga perlahan-lahan terdongkrak.
Pasokan berkurang, permintaan meningkat dan harga naik , teori ekonomi di komoditas sawit mulai berlaku. Bagi pelaku sawit “sejati”, naik turunnya produksi tidak perlu dikhawatirkan. Serangkaian antisipasi semestinya dapat dilakukan supaya produksi tidak drop sekali. Walaupun demikian, penurunan produksi dapat menjadi momen perbaikan harga. Mengingat, kebutuhan dunia terhadap minyak makan dan energi berbasis sawit diperkirakan tumbuh signifikan pada tahun mendatang. Itu sebabnya, bagi perusahaan sawit situasi lemahnya harga seperti sekarang ibarat ujian dan evaluasi kondisi perkebunan mereka.
Dalam Rubrik Hot Issue, kami mengulas niatan pemerintah yang menggandeng investor asing dalam restorasi gambut. Semangat restorasi yang bertujuan memulihkan ekosistem gambut dan menjaga gambut yang belum rusak dikhawatirkan akan terganggu. Kedatangan investor asing malahan bisa memperburuk pengelolaan gambut lantaran mereka tidak paham karakteristik gambut tropis. Skenario lain, kalaupun tidak ada investor maka pemerintah menggaet negara-negara donor. Dengan begitu hibah maupun bantuan “berbaju” lingkungan maupun gambut bisa dikucurkan ke negara. Teapi pemerintah harus berhati-hati karena bantuan datang bukan tanpa motif dan kepentingan. Jika tidak hati-hati malahan bantuan ini menjerumuskan negara. Apalagi, investasi di program restorasi mengecualikan sawit dan akasia.
Pembaca, kami mengundang partisipasi dan kontribusi pembaca untuk menyumbangkan informasi kepada redaksi melalui email kami. Langkah ini sangatlah penting supaya kami mendapatkan masukan dan saran dari pembaca. Terima kasih.