JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Produsen Chocolate Monggo dinilai sudah terang-terangan membuat kampanye negatif melalui tuduhan sepihak bahwa kelapa sawit tidak sehat karena tinggi lemak jenuh (saturated fats). Tuduhan lainnya adalah kelapa sawit dinilai penyumbang utama konversi hutan skala besar.
Atas dasar itulah, DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) berancang-ancang mengambil langkah hukum apabila produsen Chocolate Monggo tidak segera meminta maaf kepada publik.
“Apkasindo meminta Produsen Chocolate Monggo segera merevisi isi tulisannya dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas kekonyolan dan penghinaan ini, khususnya kepada petani sawit di Indonesia,” tegas Ir. Gulat ME Manurung, MP, Ketua Umum DPP APKASINDO kepada sawitindonesia.com saat ditemui di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jakarta.
Tindakan produsen Chocolate Monggo ini sangat konyol di saat Presiden Joko Widodo dan para menteri sangat aktif membela dan berkampanye positif sawit di pasar global. Gulat menjelaskan pemerintah sangat pro membela dan mengkampanyekan sawit Indonesia, terbukti dengan keluarnya Inpres Nomor 6 /2019 mengenai Rancangan Aksi Nasional Kelapa Sawit.
“Saya melihat informasi di company profile mereka bukan sekadar menjelaskan isi dari kandungan produk tapi sudah kampanye negatif terhadap Sawit, ini penghinaan terang-terangan. Ini jelas disengaja menjelekkan sawit dengan isu deforestasi, asam lemak tinggi yang semua huruf di Bold dan Berwarna Merah (dalam laporan mereka),” ujar Gulat.
“Silahkan mempromosikan produk dengan tidak menjelek-jelekkan produk lainnya. Saya heran dan jengkel, ini promosi chocolate atau kampanye,” tambahnya.
Gulat menegaskan pihaknya memberikan waktu produsen Chocolate Monggo sampai 6 Januari 2020 untuk meminta maaf kepada publik dan stakeholder terkait khususnya petani sawit Indonesia APKASINDO. Jika tidak dilakukan maka APKASINDO akan datang ke pabriknya di Jogja dan membuat perhitungan dengan cara petani sawit.
Samuel Hutasoit, SH., MH, Dewan Pakar Bidang Hukum dan Advokasi DPP APKASINDO, mengatakan iklan yang dibuat perusahaan coklat tersebut sangat berpotensi dipersoalkan dari segi hukum Indonesia karena patut diduga mengandung suatu informasi yang tidak benar. Khususnya kandungan minyak sawit yang tidak baik untuk kesehatan dan isu deforestasi.
Dijelaskan Samuel bahwa sejalan dengan Pasal 9 UU No 8 tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen yang melarang pelaku usaha mengiklankan suatu barang secara tidak benar, dan merendahkan barang dan/atau jasa lain. Pelaku usaha yang melanggar diancam pidana penjara 5 tahun dan denda Rp 2 Miliar.
“Atas permintaan DPP APKASINDO, kami serius mempertimbangkan upaya hukum sehubungan iklan yang menyesatkan tersebut, “jelas Samuel.
Informasi negatif kelapa sawit juga ditemukan di dalam toko Chocolate Monggo di Yogyakarta. Ditulisankan bahwa kelapa sawit menyebabkan kerusakan terbesar hutan tropis. Lalu dikatakan, minyak sawit mengakibatkan penyakit jantung. Hal ini diungkapkan dalam laman Facebook Hidayat Aprilianto, ia menuliskan Jalan-jalan ke coklat monggo, produsen dari Yogyakarta, eh nemu tulisan begini. Batal saya beli produknya.
Lebih lanjut Gulat mengharapkan pemerintah melalui kementerian terkait dapat bertindak tegas kepada semua produsen makanan dan minuman khususnya yang kegiatan usaha berada di Indonesia.
“Ini sudah kejadian untuk yang kesekian kali. Dalam konteks Chocolate Monggo jauh sudah keterlaluan, dan Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia supaya tidak mengkonsumsi produk-produk yang selalu menyudutkan Sawit Indonesia, kita harus kompak dan memberi pelajaran kepada siapapun yang selalu menyudutkan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia dan saat ini CPO adalah penghasil Devisa terbesar negara kita”ujar Gulat.
Dalam profil perusahaan yang dicantumkan dalam website perusahaan disebutkan In compound, the cocoa butter is replaced by much cheaper vegetable oil, mostly palm oil. Because of the missing cocoa butter, compound is easier to produce. Why we don’t use compound ar Monggo. Compound is not as tasty and nutritious as real chocolate is, because the most important ingredient, cocoa butter is missing. Instead compound mostly uses palm oil which is responsible for large scale forest conversion . Besides, palm oil is not healthy due to high amounts of saturated fat.
Melalui keterangan tersebut, produsen Chocolate Monggo ingin mengatakan penggunaan coklat compound dapat merusak rasa dan nutrisi di dalam coklat asli. Yang menjadi masalah, produsen Chocolate Monggo yang diketahui pemiliknya adalah warga negara Belgia, menuding coklat compound yang berasal dari minyak sawit tidak sehat karena tinggi lemak jenuh (saturated fats). Tuduhan lainnya adalah kelapa sawit diklaim harus bertanggung jawab atas konversi hutan dalam skala besar.