Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendukung pengembangan riset sawit termasuk bidang pangan sesuai amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66/2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Arfie Thahar, Kepala Divisi Program Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS), menjelaskan terdapat tujuh bidang kelompok riset yaitu budidaya, pasca panen dan pengolahan, pangan dan kesehatan, bioenergi, oleokimia dan biomaterial, lingkungan sertasosial, ekonomi, bisnis manajemen dan pasar. Kegiatan penelitian dan pengembangan sawit bertujuan meningkatkan produktivitas, sustainability, penciptaan produk atau pasar baru dan meningkatkan kesejahteran petani.
Program penelitian dan pengembangan BPDPKS dibagi empat. Pertama, Grant Riset Sawit Seleksi Terbuka, setiap tahun dilakukan melalui seleksi terbuka bagi seluruh lembaga penelitian dan perguruna tinggi untuk menyampaikan proposal ke BPDPKS. “Kemudian diseleksi oleh Komisi Litbang, lalu setelah proses seleksi dilakukan pendanaan penelitian,” jelas Arfie Thahar.
Kedua, Grant Riset Sawit Inisiatif Eksternal, diusulkan oleh kementerian dibawah naungan dewan pengarah. “Kita mendanai penelitian, mungkin diperlukan segera oleh kementerian tersebut dan terkait kebijakan-kebijakan yang segera harus dilaksanakan,” kata dia.
Ketiga, Grant Riset Inisiatif Internal. Keempat, Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa, BPDPKS juga mempunyai program untuk mahasiswa, setiap tahun memberikan dana untuk penelitian mahasiswa melalui Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa.
Jumlah dana riset disalurkan BPDPKS mencapai Rp 389,3 miliar kepada 235 bidang penelitian sepanjang periode 2015-2021. Riset ini meliputi 48 bidang bioenergi, 9 bidang pasca panen, 26 riset budidaya, 17 bidang pangan dan kesehatan, 37 bidang olekimia dan biomaterial, 61 bidang sosial ekonomi, dan 37 bidangl ingkungan.
Arfie menuturkan program riset BPDPKS menjalin kerjasama dengan 70 Lembaga Penelitian dan Pengembangan termasuk perguruan tinggi dan BRIN. “Selain itu, ada 840 peneliti, 346 mahasiswa, 201 publikasi yang terlibat dalam riset BPDPKS. Dari program riset ini dihasilkan 42 paten dan 6 buku,” kata Arfie.
Dia menyebutkan banyak inovasi produk kelapa sawit yang dihasilkan dari dukungan dana BPDPKS. “Pemanfaatan batang sawit menjadi kayu lapis atau glukosa untuk bahan bioethanol dan pemanfaatan tandan kosong sawit menjadi helm, bioplastik serta baju anti peluru,” kata dia.
BPDPKS juga memiliki roadmap riset pangan hingga 2030. Pertama, teknologi terkait dengan proses penghilangan kontaminan; MCPD dan GE, logamberat, polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), dioxin, polychlorinated biphenyls (PCB), dan mineral oil terkait dengan lubrikan dan thermal heating fluids yang digunakan pada mesin dan peralatan produksi serta rapid test kit untuk memperoleh hasil analisa kandungan kontaminan.
Kedua, pemanfaatan komponen utama maupun minor minyak sawit, minyak inti sawit, maupun produk samping industri sawit untuk produk-produk fitokimia, pangan sehat (healthy food), serta aditif pangan dan suplemen makanan.
Ketiga, penelitian klinis untuk pembuktian aspek kesehatan minyak sawit dibandingkan dengan minyak nabati lain.
Potensi Sawit Bagi Pangan
Arfie Thahar mengatakan sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia diperkiarakan dapat memproduksi lebih dari 50 juta ton minyak Sawit pada tahun 2025. “Hal ini akan memberikan lebih banyak pasokan untuk industri makanan, termasuk minyak goreng dan makanan berbasis minyak sawit serta Biodiesel untuk domestik dan ekspor pasar global,” ungkap dia.
Menurut dia, sawit ini tidak bisa tumbuh di semua wilayah dunia karena hanya negara beriklim tropis tanaman ini bisa hidup. “Kelapa sawit bisa tumbuh di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Nigeria,” ujar dia.
Arfie Thahar menjelaskan bahwa sawit salah satu minyak nabati yang dibutuhkan dunia karena seiring peningkatan jumlah penduduk. “Disusul soyabean, bunga matahari (sun flower) dan rapeseed. Sawit menempati paling besar untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia,” kata dia.
Setiap tahun demand dan supply minyak nabati global rata-rata tumbuh masing-masing di level 8,5 juta ton dan 8,2 juta ton. Sebagai komoditas yang paling produktif, minyak sawit berkontribusi rata-rata 42% dari total suplai minyak nabati dunia.
Kelapa sawit merupakan komoditas minyak dunia dengan produktivitas lahan yang paling baik dibandingkan minyak nabati lainnya. “Sehingga kelapa sawit menjadi pilihan paling sustainable dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia yang semakin bertumbuh,” ujar Arfie Thahar.
Sementara itu, luas tanaman kedelai dunia sebesar 122 juta hektare (ha), bunga matahari 25 juta ha, rapeseed 36 juta ha dan kelapa sawit sekitar 16 juta ha.
“Namun dari sisi produksinya, sawit menghasilkan minyak yang paling besar dibandingkan minyak nabati lainnya, sawit mampu produksi minyak 65 juta ton. Sedangkan rapeseed 25,8juta ton, sun flower 15,9 juta ton dan soyabean 45,8 juta ton,” terang dia.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 128)