PT Sampoerna Agro Tbk punya komitmen tinggi terhadap riset dan pengembangan sawit. Semenjak awal, riset menempati peran utama sebagai bagian misi bisnis perusahaan.
Inovasi atau mati, falsafah ini sangat dipegang kuat Dr. Dwi Asmono, Direktur Riset dan Pengembangan PT Sampoerna Agro Tbk. Menurutnya, industri skala besar pasti membutuhkan inovasi. Tengok saja, perusahaan raksasa otomotif di Amerika Serikat dapat berhasil karena dukungan riset kontinyu.
”Saya percaya dengan inovasi, kita lebih mudah memenangkan pertempuran. Tanpa inovasi, kita akan rugi dan menjadi tertinggal,” ungkapnya.
Saat bergabung dengan Sampoerna Agro, ia sangat beruntung. Lantaran, Sampoerna Agro punya perhatian khusus terhadap riset sawit.
Sampoerna Agro mulai meniti berdirinya unit riset sejak 1992 yang berlokasi di PT Bina Sawit Makmur, unit bisnis Sampoerna Agro, di Kebun Surya Adi, Desa Surya Adi Kecamatan Mesuji Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Fasilitas ini memang dibangun untuk mendukung proses pemuliaan kelapa sawit untuk merilis varietas DxP Sriwijaya.
Dr. Dwi Asmono, Direktur Riset dan Pengembangan PT Sampoerna Agro Tbk, bercerita saat bergabung dengan Sampoerna Agro, dirinya dan tim riset sudah membuat perencanaan dalam lima tahun ke depan. Pemuliaan benih menjadi fokus utama riset Sampoerna Agro. Sebab masalah paling fundamental adalah kekurangan benih sawit sekitar tahun 2006.
“Saya beruntung waktu itu BSM (red-Bina Sawit Makmur) memiliki pohon induk benih. Tetapi belum masuk skala komersial. Dari situ, kami rancang strategi pemuliaan benih. Karena, kunci utama perkebunan adalah material benih unggul. Makanya, fokus kami ditujukan kepada pemuliaan benih,” ujar Doktor Lulusan Iowa State University ini.
Kala itu, ayah tiga anak ini berkeinginan riset sawit Indonesia tidak boleh ketinggalan dengan negara tetangga seperti Malaysia. Seharusnya, riset sawit ini dapat berkembang pesat di sektor swasta. Seperti dikatakan Prof. Bungaran Saragih – Menteri Pertanian periode 2000 sampai 2004 – bahwa perusahaan swasta idealnya penggerak utama riset kelapa sawit.
“Sampoerna Agro punya komitmen kuat terhadap riset. Di Indonesia, tidak banyak direktur riset yang masuk jajaran direksi perusahaan sawit. Saya salah satunya yang beruntung. Inovasi tumbuh sesuai visi Sampoerna Agro. Inilah dasar bagi tim riset membangun grand design,” jelasnya.
Sampoerna Agro mengalokasikan dana hingga sebesar 30% dari total revenue bisnis unit yang berasosiasi langsung dengan aktivitas riset dan produksi benih unggul pada tiap tahunnya untuk menunjang kegiatan dan fasilitas riset.
Hasil penelitian sudah terbukti. Pemuliaan benih Sampoerna Agro memberikan hasil terbaik. Saat ini, enam varietas unggulnya masuk jajaran benih elit dan berkualitas terbaik. Keenam varietas tersebut adalah DxP Sriwijaya 1 sampai DxP Sriwijaya 6. Varietas ini merupakan kombinasi terbaik dari dura elit dengan pisifera unggul dengan karakteristik sesuai kebutuhan pembeli.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 115)