Asian Agri membangun fasilitas riset sebagai bagian pengembangan sawit berkelanjutan. Inovasi terus dijalankan. Tidak sebatas pemuliaan material benih. Namun menghasilkan produk riset di bidang pupuk, pengendalian hama yang ramah lingkungan, konservasi air dan tanah, dan pemanfaatan limbah produksi organik.
Asian Agri memiliki rekam jejak panjang di industri kelapa sawit. Semenjak 1979, perusahaan ini telah memulai bisnis kelapa sawitnya di Sumatera Utara. Inisiatif membangun unit riset dimulai dari Kebun Bahilang Tebing Tinggi Deli, Sumatera Utara, tepatnya pada 1989.
Dr. Tan Joon Sheong, Head Planting Materials Asian Agri menjelaskan bahwa Asian Agri membangun fasilitas riset karena perusahaan berkomitmen untuk terus mengembangkan sawit berkelanjutan dan ramah lingkungan dimana hal terpenting yang menjadi kunci bisnis kami adalah dengan menghasilkan bibit unggul sehingga tidak perlu memperluas lahan perkebunan.
“Asian Agri memiliki program R&D yang secara kolektif mencakup program dari hulu hingga hilir untuk memastikan bahwa setiap benih kelapa sawit elit ditanam di lapangan untuk mendapatkan manfaat maksimal di lapangan,” jelasnya.
Walau pun mampu memproduksi bahan tanaman unggul hingga saat ini, Asian Agri akan terus mengembangkan fasilitas R&D sejalan dengan komitmen kami untuk terus berinovasi dan menghasilkan benih yang berkualitas tinggi – TOPAZ.
“Kami berfokus pada breeding program, tissue culture dan biologi molecular,” ungkap Tan Joon.
Ia mengatakan perusahaan dapat terus memegang komitmennya dalam melakukan intensifikasi lahan dengan menggunakan bibit yang unggul. Dengan penggunaan bibit unggul perusahaan tidak perlu untuk menambah luas lahan tapi dapat menghasilkan produksi minyak sawit yang tinggi.
Saat ini, Asian Agri memiliki 30 perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara seluas 100.000 hektar. Perusahaan juga bermitra dengan skema petani plasma dan petani mandiri yang masing-masing mengelola 60.000 ha dan lebih dari 41.500 ha perkebunan.
“Dengan adanya fasilitas riset ini kita dapat menghasilkan bibit unggul sesuai dengan target perusahaan. Dan komitmen kami untuk menghasilkan sawit yang berkelanjutan dapat terus terwujud,”jelasnya.
Tan Joon menyebutkan Asian Agri sangat berkepentingan terhadap budidaya benih berkualitas. Tujuannya menjadi perusahaan kelapa sawit yang berkelanjutan, kompetitif dan memiliki reputasi yang baik. Pengembangan benih dijalankan di Oil Palm Research Station (OPRS) Topaz dimulai pada 1992 ketika pohon induk elit dura dan pisifera dipilih untuk perbaikan lebih lanjut melalui pembiakan secara selfing, sibbing serta kloning dengan kultur jaringan somatik (kloning).
Menurutnya upaya ini dapat dicapai melalui pengaturan khusus untuk dipindahkan ke salah satu kebun kami yaitu Kebun Tunggal Yunus yang berada di Riau, secara bersamaan dengan benih dari serangkaian ‘uji-persilangan’ sistematis dari induk terpilih di Kosta Rika. Persilangan uji dilakukan berdasarkan rancangan perkawinan yang komprehensif yang memungkinkan ekstraksi informasi genetik dari pohon induk dura dan pisifera yang dipilih. Kumpulan besar pohon kelapa sawit ditanam di kebun benih di OPRS Topaz antara tahun 1996 dan 1997 dan merupakan alasan utama mengapa benih kelapa sawit Asian Agri komersial disebut sebagai “Topaz”.
Di bidang teknologi pemuliaan benih, dijelaskan Tan Joon, selain program pemuliaan konvensional yang menjadi pondasi bahan tanam elit kami. Kami memanfaatkan kemajuan teknologi dan teknik genomik. Saat ini, perusahaan telah memulai Marker Assisted Program (MAS) baik untuk pemeriksaan kualitas (sidik jari DNA) dan pendekatan pemuliaan presisi melalui Genomic Selection (GS) atau Genome-wide Association Study (GWAS) tergantung pada jenis program pemuliaan dan sifat yang diminati untuk perbaikan di masa depan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 115)