JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Togar Sitanggang Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan Resolusi Parlemen Eropa adalah upaya menekan ketergantungan mereka terhadap produk sawit Indonesia. Sebab, permintaan produk sawit dan turunanya ke Eropa terus meningkat setiap tahun.
“Berdasarkan data, ekspor ke Eropa naik setiap tahun. Gerakan deforestasi dari Eropa menunjukkan kalau mereka lumpuh dan ketergantungan dengan sawit, terutama bicara makanan,” kata Togar di Pangkalpinang, Bangka Belitung, pada Rabu (26/4).
Menurut Togar, setiap bagian makanan dilapisi sawit, artinya nggak ada sawit di Eropa maka rasa makanan perusahaan mereka akan berantakan. Rasa coklat mereka akan berantakan
Ditambahkannya Eropa menolak sawit dengan berbagai tuduhan tetapi mereka tetap membeli dan mengonsumsi produk dari sawit. Untuk melepas ketergantungan itu, Eropa menyerang sawit Indonesia dengan berbagai tuduhan dari aspek lingkungan, kesehatan dan pungutan ekspor.
“Semakin kuat Indonesia membuktikan tuduhan itu, semakin besar pula Eropa menyerang dengan tuduhan lain. Silahkan tanya ke Kemendag berapa tuduhan anti dumping ke Indonesia dibandingkan ke negara lain. Perbandingannya 150 banding 10, kita menuduh negara lain tuduhannya hanya 10 kali. Sementara kita menerima 150 tuduhan,” tambahnya.
Dono Boestomi Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit membenarkan pernyataan Togar. Pelarangan sawit justru bisa merugikan perekonomian Eropa sendiri. Posisi Indonesia yang mengusai pasokan minyak nabati dunia, akan sulit bagi Eropa mencari pengganti sawit ketika tanaman minyak nabati lain kekurangan lahan tanam.
“Kita menguasai sepertiga pasokan minyak nabati dunia dengan ekspor CPO sudah mencapai 6,3 juta ton per tahun. Jumlah sebesar itu diganti dengan soybean, repeseed dan bunga matahari tidak akan terpenuhi karena kebutuhan lahan di Eropa dan Amerika kurang dari 6% dan hampir abis, ini mungkin yang ditakutkan kita bisa pengontrol dunia,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, perekonomian di kota Rotterdam sebagai pelabuhan yang mendistribusikan ekspor CPO ke Eropa akan terhenti. “Mereka akan kehilangan kargo kalau kegiatan ini dihentikan, sehingga kita mesti menjalankan program ini dengan benar,” tutupnya.