Jakarta, Sawit Indonesia – Permintaan minyak sawit untuk pemenuhan kebutuhan energi domestik pada 2045 diperkirakan 22,4-40,12 juta ton, naik pesat dari 2023 yang hanya 10,64 juta ton. Karena itu, produksi minyak sawit nasional pada 2045 harus mencapai 86,51 juta ton dari 2023 yang masih 50,06 juta ton.
Peningkatan produksi minyak sawit sebesar itu hanya bisa dilakukan dengan melakukan peremajaan sawit (replanting) 120 ribu hektare (ha) setiap tahun mulai 2025. Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kabul Wijayanto mengatakan, permintaan (demand) minyak sawit pada 2045 akan sangat besar dan itu harus dibarengi dengan peningkatan produksi. Data yang diolah BPDPKS dari berbagai asosiasi hulu-hilir sawit, permintaan untuk ekspor pada 2045 diperkirakan mencapai 33,19 juta ton.
Pada 2045, kebutuhan domestik untuk pangan diproyeksikan 15,34 juta ton, energi (biodiesel) 22,4 juta ton (B35) dan menjadi 40,12 juta ton apabila ditingkatkan menjadi B100, serta oleokimia 10,68 juta ton. “Total kebutuhan atau demand minyak sawit nasional pada 2045 diperkirakan 81,61 juta ton, sehingga produksi harus bisa 86,51 juta ton. Bisa 86,51 juta ton asalkan replanting tiap tahun 120 ribu ha mulai 2025, kalau tidak bisa ya turun (produksi) jadi 44 juta ton, lebih turun lagi dari sekarang,” ungkap Kabul.
Saat seminar bertajuk Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik dan Ekspor: Urgensi dan Tantangan yang dipantau dari kanal media sosial Warta Ekonomi, Rabu (19/06/2024), Kabul menjelaskan, pemerintah telah menggeber replanting dengan menggalakkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang didanai dari pungutan ekspor sawit yang dihimpun oleh BPDPKS.
Tujuannya, memacu produktivitas agar produksi sawit meningkat. Apabila produktivitas makin menurun, bisa timbul masalah ketidakcukupan dalam memenuhi permintaan yang kian besar. “Peningkatan produktivitas dilakukan dengan PSR. Kami menargetkan replanting melalui PSR seluas 120 ribu ha di 2024, tapi faktanya selama BPDPKS ada (berdiri) itu paling tinggi realisasinya 97 ribu ha,” jelas Kabul.
Sumber: gapki.id