Ditinjau Dari Berbaga iAspek (Bagian Pertama)
Oleh: Busrizal Faisal
(Pemerhati: Lingkungan, K3, PabrikSawit dan HilirKaret)
2.4 Rebusan Spherical (Bola)
Pemasukan Tandan Buah Segar Sawit (TBS) kedalam rebusan/sterilizer bola dilakukan secara manual. Steam dimasukkan melalui poros pendukung yang terpisah dari rebusan bola. Setelah siklus perebusan selesai dilakukan, pintu rebusan terbuka secara manual dan berputar untuk dituang ke hopper (penampungan hasil rebusan).
Kinerja dalam pencapaian hasil olah dan mutu hasil perebusan tidak optimal. Di samping itu, perawatan operasional rebusan bola ini cukup sulit dan pergantian liner sterilizer serta pembersihan (cleaning) sterilizer juga sulit.
Dari penjelasan-penjelasan di atas yang terkait dengan jenis-jenis rebusan maka kepada pihak pengambil keputusan dapat melakukan pilihan jenis atau model yang mana yang akan diaplikasikan di Pabrik Kelapa Sawit. Pengambilan keputusan tersebut tentunya dengan mempertimbangkan hal-hal, antara lain: biaya investasi, kapasitas olah, biaya pemeliharaan pabrik, mudah operasionalnya, losis (kehilangan minyak sawit dan inti sawit), hemat energi, proses penanganan limbah cair, luas areal yang diperlukan, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
3. KeselamatanRebusan
Rebusan/sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang berpotensi mengandung risiko dalam operasionalnya. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja atau peledakan sangat penting mempedomani dan mengaplikasikan prosedur pengoperasian rebusan (sterilizer) secara tepat. Tingkat bahaya dan kecelakaan kerja itu biasanya berasal dari perilaku pekerja yang ceroboh (human error).
Pada kondisi baru (sebelum digunakan) dan dalam operasionalnya harus dilakukan pemeriksaan, pengujian, dan perawatan secara terjadwal. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian rebusan tersebut dilakukan oleh Pengawas dari Dinas Ketenaga kerjaan Spesialis setempat atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja/Tenaga Teknis (AK3) yang tersertifikasi bidang Pesawat Uap Bejana Bertekanan (PUBT). Pengujian dan pemeriksaan rebusan secara berkala dilakukan 4 (empat) tahun sekali. Tujuan pemeriksaan dan pengujian (riksa uji) ini, sebagai berikut.
a. Melindungi tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja dari potensi bahaya pada rebusan (sterilizer).
b. Menjamin dan memastikan rebusan dalam keadaan aman dan dapat mencegah terjadinya peledakan, kebocoran, dan kebakaran.
c. Menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan produktifitas.
3.1 Potensi Bahaya Rebusan
Operasional sterilizer secara terus menerus berpotensi menimbulkan bahaya, namun dengan memperhatikan standar operasional rebusan (sterilizer) dan norma-norma keselamatan kerja potensi bahaya tersebut dapat dihindari. Potensi bahaya yang ditimbulkan rebusan, seperti: peledakan, kebocoran, dan kebakaran.
3.1.1 Peledakan
Peledakan terjadi akibat tekanan dalam rebusan melebihi tekanan desain. Desainer (perancang) telah menghitung secara cermat tekanan maksimal yang mampu diterima rebusan. Rumusan perhitungan yang lazim digunakan, sebagai berikut.
P = Po + P hidrostatik + a ………………. (A)
Di mana:
P = tekanan desain (psi)
Po = tekanan operasional (psi)
P hidrostatik = tekanan fluida (psi)
a = tetapan (0,1 x Po)/psi
P x R
t = ……………….. (B)
S x E – 0,6 x P
Di mana:
t = tebal dinding rebusan (shell)
R = diameter dalam rebusan (inci)
S = tegangan izin maksimum (psi)
E = efisiensi sambungan las
Persamaan-persamaan matematis di atas memperlihatkan pendekatan perhitungan dari suatu bejana (shell). Perhitungan diutamakan untuk mencaritekanan dan ketebalan dinding bejana (rebusan). Untuk mengantisipasi tekanan operasional berlebih maka rebusan dilengkapi dengan alat pengaman, yaitu: safety valve (seperti tersaji pada gambar: komponen-komponen rebusan, di atas). Jika tekanan operasional rebusan melebihi norma maka safety valve akan membuka sehingga tekanan dalam rebusan turun dan normal kembali.
3.1.2 Kebocoran
Dalam realisasinya rebusan sering mengalami kebocoran. Kebocoran-kebocoran terjadi pada pipa-pipa steam (main inlet) dan pintu rebusan. Biasanya, packing yang digunakan tidak berfungsi secara maksimal. Ketidak maksimalan ini lebih diutamakan, seperti: mutu packing yang belum sesuai, pemasangan packing belum tepat, dan melebih umur teknis.
Packing pintu rebusan merupakan produk karet yang tidak kalah pentingnya dengan spare part (suku cadang) yang lain. Packing pintu rebusan berfungsi untuk menghindari kebocoran pada pintu rebusan. Spesifikasi mutu packing pintu rebusan harus menggunakan produk karet yang spesial (bermutu bagus dan khusus). Persyaratan mutu yang harus dipenuhi packing pintu rebusan, antara lain: harus tahan terhadap suhu (suhu operasional 135 °C), tahan benturan, tahan asam, dan tahan terhadap minyak sawit. Untuk memenuhi persyaratan mutu packing pintu rebusan tersebut maka harus dipesan/dibeli produk karet pintu rebusan yang berkaret sintetis NBR (nytrile butadiene rubber).
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 113)