Ganoderma menjadi momok menakutkan bagi perusahaan kelapa sawit termasuk PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Oleh karena itu, BUMN Perkebunan yang berkantor pusat di Medan ini mempercayakan penggunaan benih Socfindo Moderat Toleran (MT) Gano di perkebunannya. R. Wahyu Cahyadi, Kepala Urusan Tanaman Budidaya Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara III, menjelaskan bahwa benih Socfindo MT Gano mulai digunakan semenjak tahun 2013. Varietas ini dipilih karena banyak kebun sawit perusahaan yang rentan terserang ganoderma.
“Banyak lahan sawit PTPN III yang memasuki tahapan generasi kedua dan ketiga seperti Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, dan Kebun Sei Dadap. Di areal tersebut, sebagian besar endemik ganoderma. Maka, kami putuskan memilih benih Socfindo MT Gano,” paparnya.
Dari tahun 2013 sampai 2017, PTPN III sudah menggunakan benih Socfindo MT Gano di areal seluas 4.256,55 hektare. Dengan jumlah kecambah yang telah dipesan mencapai 766.179 kecambah. Lokasi perkebunan PTPN III yang menggunakan benih Socfindo MT Gano antara lain Kebun wilayah Distrik Asahan, Distrik Serdang 1 dan Serdang 2, Distrik Tapanuli Selatan, dan Distrik Labuhan Batu.
Wahyu menyebutkan hingga sekarang belum ditemukan gejala serangan ganoderma di perkebunan sawit tersebut. Hal ini menunjukkan benih MT Gano punya ketahanan tinggi terhadap cendawan ganoderma. “Benih MT Gano membantu kami untuk mengantisipasi serangan ganoderma. Harapannya tidak ada ganoderma karena jamur ini ibarat momok menakutkan bagi pelaku kebun,” tambahnya.
Keunggulan benih MT Gano berimbas positif kepada permintaan. Tak heran, PT Socfindo sebagai produsen Benih MT Gano sempat kewalahan memenuhi kebutuhan pelaku perkebunan sawit. Wahyu menceritakan pihaknya sempat menunggu beberapa lama untuk dikirimkan benih Socfindo MT Gano. “Permintaan terhadap MT Gano terbilang tinggi. Kami sempat tidak kebagian (MT Gano), sepertinya Socfindo cukup kewalahan mengirimkan permintaan,” jelasnya.
Layanan purna jual Socfindo, diakui Wahyu, sangatlah baik karena membantu rekomendasi teknis perawatannya. Sebagai contoh, ada rekomendasi untuk pemupukan dan kastrasi supaya memperoleh hasil terbaik.“Sebelum dilakukan pemupukan, Socfindo juga melakukan analisa daun dan analisa tanah. Hasil rekomendasinya kami ikuti,” jelasnya.
Selain Benih Socfindo MT Gano, PTPN III (persero) juga menggunakan benih Socfindo DxP Socfindo Yangambi dan DxP Socfindo Lame di perkebunan sawitnya. Wahyu Cahyadi menjelaskan bahwa kedua varietas tersebut digunakan dengan komposisi 50:50. Penggunaan kedua varietasi ini atas dasar pertimbangan varietas DxP Socfindo Lame lebih banyak menghasilkan bunga betina (feminim), sedangkan benih DxP Socfindo Yangambi cenderung lebih banyak bunga jantan.
Menurut Wahyu, penggunaan keduanya secara berbarengan dengan pola tanam tertentu akan menghasilkan produktivitas di umur 4-7 tahun yang lebih stabil karena meminimalisir buah kempes.
“Penanaman kedua varietas ini di lapangan tidak dipisah. Memang kami ingin dapatkan proporsi bunga jantan dan betina yang lebih ideal untuk dapatkan produktivitas tanaman sesuai target,” tambahnya.