Mengandalkan Bakteri Bacillus Amyloliquefaciens D203, Pupuk Hayati Hatake berguna untuk menyuburkan tanah dan melindungi tanaman terhadap serangan dari penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri patogen. Aplikasi pupuk Hayati Hatake disarankan dimulai dari masa pengolahan lahan,perendaman bibit atau benih tanaman, tanaman menjadi lebih kebal, akar tanaman lebih sehat dan kuat,buah lebih lebat dan masa produksi lebih lama.
Berdiri sejak 2014 PT Hatake Harvest Indonesia mulai bergerak cepat sebagai perusahaan yang menyediakan kebutuhan pemupukan bagi industri agrikultur Indonesia, termasuk di perkebunan sawit. Sebelumnya Hatake adalah divisi yang berada di bawah Kyushu Medical, perusahaan asal Jepang dengan fokus bisnis di bidang farmasi dan meluas ke sektor bioteknologi.
Rudi Hardiyanto, Direktur Utama PT Hatake Harvest Indonesia menyebutkan bahwa perluasan bisnis Kyushu Medical ke sektor bioteknologi ini yang menjadikan Hatake sebagai perusahaan mandiri yang membidik industri agrikultur melalui riset bioteknologi dari Kyushu Medical.
“Jadi PT Hatake ini baru berdiri 2014, kita mulai dari hak cipta, perijinan, registrasi produknya. Tapi sebelum itu kami berada dalam satu divisi yang berbeda dan masih di bawah Kyushu Medical. Jadi bakteri yang kita impor dari Kyushu Medical. Lalu bakteri itu kami riset dan sampai 2013 terdapat empata ribu bakteri yang dikembangkan,” jelas Rudi.
Saat ini, PT Hatake Harvest Indonesia memiliki satu produk Hayati, dan empat Pupuk Organik Cair (POC) yang mampu membantu pelaku perkebunan sawit memproteksi tanamannya yaitu Pupuk Hayati Hatake, POC Vegetatif Hatake, POC Generatif Hatake, POC Efektif Mikroorganisme Hatake, dan POC Dolomit Cair Hatake.
Pupuk Hayati Hatake salah satu produk andalan yang berasal dari riset terpadu Kyushu Medical. Pupuk Hayati Hatake mengandung bahan aktif dari Bakteri Bacillus Amyloliquefaciens D203.
“Bakteri yang kami miliki di Pupuk Hayati Hatake mampu mengendalikan penyakit yang dapat disebabkan adanya jamur dan bakteri patogen. Selain itu, Pupuk Hayati Hatake juga membantu penyedian unsur hara dan hormon auksin yang penting bagi tanaman,” kata Rudi.
Di perkebunan sawit, Pupuk Hayati Hatake punya manfaat untuk pengendalian penyakit seperti busuk pangkal batang yang disebabkan jamur Ganoderma, bercak daun yang disebabkan jamur Cuvularia, busuk daun yang disebabkan jamur Batryodiplodia, Crown Disease yang disebabkan jamur Fusarium sp, busuk tandan akibat jamur Marasmius Palmivorus, Root Blast yang disebabkan jamur Rhizoctonia, dan garis kuning pada daun yang disebabkan Fusarium Oxsporium.
Rudi menambahkan bahwa Bakteri Bacillus Amyloliquefaciens D203 merupakan bakteri khusus yang diperoleh dari lumpur laut di Jepang. Meski jenis bakteri ini sebenarnya mampu ditemukan di berbagai daerah di dunia tetapi strain D203 dikembangkan dari hasil riset khusus.
Pupuk Hayati Hatake menurut Rudi akan lebih baik jika dipergunakan secara simultan dengan pupuk organik lainnya, atau dari POC milik Hayate sendiri. Sebab, pupuk organik cair ini mampu memaksimalkan kerja dari bakteri Bacillus Amyloliquefaciens D203 untuk mencegah berkembangnya amur dan bakteri patogen.
Di perkebunan sawit Rudi menyarankan agar aplikasi Pupuk Hayati Hatake dilakukan sejak fase pre-nursery. Sebelum ditanam benih sawit mampu direndam dengan larutan yang berasal dari 10 gram Pupuk Hayati Hatake dengan 1 liter air selama 5 hingga 12 jam.
“Jadi pupuk hayati ini cukup dicampurkan dengan air setelah itu didiamkan beberapa saat. Kalau sudah bercampur baru diaplikasikan. Saran kami sebaiknya pupuk tersebut disiram ke tanah. Kalau di sawit itu tanaman keras jadi dia ada lubang-lubangnya, ya disiram saja,” kata Rudi
Pada fase nursery, Rudi menyarankan sebelum polybag benih dipindahkan ke lapangan sebaiknya dilakukan pendederan terlebih dahulu di bedengan. Saat di bedengan Pupuk Hayati Hatake diaplikasikan dengan dosis 5 gram per liter air dengan tambahan Dolomit Cair Hatake 20 mililiter per liter air.
Kombinasi aplikasi ini bertujuan agar mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, lebih sehat dan meningkatkan persentase hidup di lapangan. Setelahnya, Pupuk Hayati Hatake mampu diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan dan berbagai fase perkembangan tanaman sawit.
(Lebih lengkap baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Maret-15 April 2016)