JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Holding melalui program Tranformasi Holding menargetkan produksi untuk seluruh komoditas dapat tumbuh 15 hingga 22,5 persen. Pembenahan kultur teknis jadi salah satu fokus yang akan dilakukan. Standar Operating Procedure (SOP) mengenai pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pengolahan pun telah ditetapkan bersama mekanisme pengawasan yang ketat.
Total lahan yang dikelola PTPN II Holding hingga tahun ini mencapai 1,18 juta hektar dengan areal tertanam seluas 817.536 hektar. Sementara itu dari komposisinya sawit mendominasi dengan 57,50 persen, disusul Karet sebesar 19,53 persen, dan tebu sebesar 17,01 persen.
“Saya contohkan perbaikan produktivitas misalnya dalam memungut berondolan sawit. Dahulu pekerja panen memang tidak mengambil berondolan, padahal kira-kira ada losses mencapai 2 persen dengan berondolan yang tidak diambil. Sehingga mulai tahun depan kita akan mulai mewajibkan untuk ambil berondolan, intinya seberapapun potensi prouksi akan kita optimalkan,” papar Elia Massa Manik, Direktur Utama PTPN III Holding pada Senin kemarin (19/12) di Jakarta.
Fokus perubahan lainnya adalah merevitalisasi pabrik. Dana sebesar Rp.3 Triliun akan dipergunakan untuk merevitalisasi pabrik empat komoditas yaitu sawit, karet, gula, dan teh. Hingga saat ini, Persero dengan seluruh anak usahanya telah memiliki 43 pabrik gula, 66 pabrik pengolahan karet, 73 pabrik kelapa sawit dengan totoal kapasitas 3100 ton TBS perjam, dan 38 pabrik teh.
Nurhidayat, Managing Director PTPN III Holding mengatakan reviitalisasi pabrik ini akan mulai dilaksanakan sejak awal 2017 dan ditargetkan selesai pada April 2017. Sehingga pada semester kedua Persero sudah mulai bisa merasakan hasilnya.
“Revitalisasi pabrik sangat penting bagi kami, sebab kami sudah menghitung berapa kerugian yang diakibatkan oleh downtime pabrik. Untuk PKS misalnya pertahun diperkirakan kita kehilangan Rp.750 Milliar karena PKS tidak bekerja. Jika sudah bekerja kami juga memperkirakan akan ada additional profit yang dihasilkan dari revitalisasi pabrik ini sebesar Rp.400-500 Milliar,” jelas Nurhidayat pada kesempatan yang sama.