Memperingati 110 tahun kelapa sawit Indonesia, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Dr. Gulat ME Manurung mengajak semua pihak bahu membahu membangun kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Kami dari APKASINDO, misi kami adalah untuk bisa menjadi perkebunan kelapa sawit yang setara. Setara dalam hal ini bisa menuju Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), bisa juga menunjukkan dalam hal kinerja dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan,” kata Gulat saat berbicara dalam“110 Tahun Sawit Indonesia Dan Peranannya Bagi Negara”, yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia, Rabu (24 November 2021).
Gulat berharap, pemerintah yang memang regulasi supaya melihat patani sebagai relative bukan absolute. “Ketika kita membagi relative untuk petani sawit tentu tidak semua harus satu warna, tapi harus dibuat tahapan menuju satu titik. Itulah sebetulnya permasalahan yang harus kita sepakakti menuju Indonesia sawit berkelanjutan,” ujarnya.
Gulat mengatakan, walaupun masih banyak pihak yang tidak sepaham dengan sawit Indonesia, namun APKASINDO dengan sekuat tenaga terus mencoba untuk berguna malaui diplomasi ke negara tetangga.
“Ini sebenarnya pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan satu orang, kelompok, tapi kita. Itulah yang saya harapkan harus bahu membahu menuju sawit Indonesia setara. Setara dalam berkenjutan, sosial ekonomi, dan lingkungan.
Pada bagian lain, Gulat mengatakan, sudah saatnya Generasi ke II, generasi milenial sawit Indonesia memegang kunci dalam pengelolaan kelapa sawit. “Saya pikir inilah yang perlu kita sepakat bahwa sawit itu sudah berubah, sudah Generasi kedua. Saatnya sekarang generasi kedua yang memegang kunci,” ujarnya.
Gulat berharap, mahasiswa yang mendapat beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan mahasiswa yang kuliah dengan biaya sendiri bisa menjadi amunisi dalam pembangunan kelapa sawit kedepan.
“Nah, dengan mendekatkan mereka ke dunia nyata tentang sawit akan sangat membantu kita untuk melihat jauh kedepan bahwa sawit itu anugerah Tuhan dan dunia juga ikut menikmati,” kata Gulat.
Ditekankan Gulat bahwa yang penting harus perhatikan di sini bagaimana semuanya, baik milenial bisa menjadikan sawit itu sebagai 24 jam. “Pemikiran ini kita harus ubah karena sebagian besar milenial menganggap sawit itu jahat,” ujarnya.
Gulat menyampaikan, APKASINDO sudah membangun struktur petani sawit dari 22 provinsi. “Saya baru mengunjungi mereka khususnya dari Indoensia dari Timur mereka sangat happy bisa belajar dengan sawit,” kata Gulat.
Selain milenial, Gulat juga menekankan pentingnya media dalam menjaga eksistensi kelapa sawit kedepannya.
“Karena itu, saya berharap kepada BPDPKS di 2022 mainkan semua media supaya (public) tahun bahwa sawit terus bersama selama 24 jam, sawit lah tulang punggung ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Diakui Gulat semenjak 2020 BPDPKS sudah mulai terbuka dalam penggunaan komunikasi di media massa. Namun belum mencapai titik minimum apa lagi dengan komunikasi media tv. Pada hal banyak sekali kisah tentang sawit yang harus diliput dengan media elektronik dan masyarakat umum berhak mengetahuinya. Hal ini sangat sangat penting dan perlu kreasi visualnya di media televisi.
“Media televisi dan iklan sawit sangat penting untuk meluruskan yang sengaja di “bengkokkan” selama ini oleh pesaing sawit dan sasaran mereka adalah generasi muda. Kekhwatiran salah persepsi masyarakat terkhusus generasi Z tentang sawit dapat dilihat di medsos-medsos, bahkan untuk hal yang sangat sederhana sekali, generasi muda sudah salah memahami tentang sawit dan industrinya, karena minimnya iklan eksisting sawit,” papar Gulat.
Ia mengharapkan bidang kemitraan dan promosi di BLU BPDPKS dapat segera di isi direktur baru. Karena sekarang ini masih dijabat oleh Plt Direktur. Demikian juga dengan kepala divisi lainnya masih banyak Plt. Tentu tidak akan maksimal kinerjanya karena harus merangkap jabatan.
“Masalah ini sangat merugikan petani sawit karena roh cluster petani dalam “frame” riset manfaat PE ini dominan ada di kemitraan dan promosi. Sebab itu, promosi akan menjadi bagian dari media,” urai Gulat.
“Apkasindo dari segi media sudah merangkul beberapa media lokal dan nasional. Terakhir, kami sudah MoU dengan KOMPAS Group dalam rangka peliputan aktivitas petani, baik melalui berita online maupun televisi dan melatih jurnalis-jurnalis petani sawit,” ujar auditor ISPO ini.
Ia mengatakan dengan adanya kampanye positif sawit masyarakat umum tidak hanya kenyang dengan kampanye negatif yang sangat masif dan terstruktur dalam pemberitaannya yang selama ini minim perlawanan. Atas dasar itulah pungutan ekspor sangat tepat diberdayakan dalam hal kampanye positif sawit ini.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 121)