Dalam konferensi Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2017 di Nusa Dua Bali, Prof.Sri Adiningsih berbicara peranan industri kelapa sawit untuk mengatasi ketimpangan pembangunan. Perusahaan didorong membangun kemitraan dengan petani sawit.
Prof. Sri Adiningsih menjelaskan bahwa pengembangan industri kelapa sawit merupakan strategi pembangunan yang sangat penting. Karena sudah terbukti industri sawit mempunyai peranan strategis sehubungan dengan tiga program prioritas pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan mengatasi ketimpangan.
“Pemerintah menyadari bahwa mengurangi kemiskinan melalui pengembangan industri kelapa sawit merupakan strategi pembangunan yang sangat penting. Kita punya regulasi dan kebijakan untuk penurunan kemiskinan dan pengembangan area tertinggal dengan memprioritaskan pembangunan kualitas manusia, sebagai utama produktivitas, daya siang dan ekonomi domestik,” ujar Sri Adiningsih awal November lalu.
Menurutnya tren ekonomi Indonesia tahun 2017 ini berjalan ke arah positif, indikatornya terlihat dari perkembangan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Ketiga sektor tersebut mendorong partumbuhan ekonomi mencapai 5,12% pada semester pertama tahun 2017, yang kemudian meningkatkan dari 3,25% dari tahun 2016, dan 3,77% untuk tahun 2015.
Di tengah tren positif itu, ujarnya, terjadi penurunan tingkat pengangguran di Indonesia, yang mencapai 5,3% pada bulan Februari 2017 dan 7,03% pada akhir tahun 2016. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pengangguran turun di atas 6% pada tahun-tahun sebelumnya.
Sri pun menyoroti peranan sektor pertanian, terutama industri kelapa dalam menyerap banyak tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebab, kegiatan perekonomian di sekitar perkebunan dan industri kelapa sawit itu lumayan luas dan beragam. Ia memperkirakan tingkat pengangguran di provinsi penghasil produk sawit cukup rendah.
Berdasarkan data yang terkumpul, sektor pertanian berkontribusi telah menyerap tenaga kerja sebesar 32,9%, dan sektor industri kelapa sawit menunjukkan tren semakin meningkat. Dari 3,4% pada tahun 2012 naik mencapai 4,7% pada tahun 2015 dan 4,9% pada tahun 2016.
Menariknya, pergerakan tren positif itu tumbuh ketika perekonomian dunia beberapa tahun ini dalam kondisi labil, karena terjadi berbagai masalah yang membuat harga minyak sawit (CPO) juga tertekan. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2012 sampai semester pertama tahun 2017, terjadi penurunan rata-rata dari 6% menjadi 5%.
Meski kondisi ekonomi labil, ekspor CPO tetap berada diposisi teratas dalam menyumbang devisa terbesar bagi negara, terutama untuk sektor pertanian. Tercatat bahwa sampai tahun ini, CPO sebagai komponen tunggal telah menyumbang devisa lebih dari US$14 miliar per tahun.