Di hadapan anggota APKASINDO, Prof. Agus Pakpahan menceritakan awal mula lahirnya asosiasi ini. Cerita ini disampaikan saat acara pengukuhan pengurus APKASINDO periode 2019-2024 yang dinakhodai Gulat ME Manurung.
Agus mengatakan lahirnya APKASINDO dan 12 organisasi petani terinspirasi dari Abraham Lincoln. Pada 1862, Abraham Lincoln mengatakan ‘karena pertanian kita bersaudara karena pertanian kita saling mengenal dan pertanian yang menyatukan Amerika’. “Kebetulan saya mendapatkan takdir mendapat amanah menjadi Direktur Jenderal Perkebunan tahun 1998. “Saat itu organisasi petani, organisasi petani yang bisa bermitra dengan pemerintah, dengan pengusaha, dengan peneliti, dengan akademisi, tidak ada. Belum ada organisasi petani yang berbadan hukum. Ada kelompok tani tetapi tidak bisa membuat kontrak,” kenang Agus.
Agus menambahkan saat itu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) sudah ada tetapi untuk organisasi petani sawit belum ada. “Akhirnya kami dari Direktorat Jenderal Perkebunan membuat prioritas investasi dalam institusi yaitu asosiasi petani perkebunan. Mengapa asosiasi petani sawit, tebu,kopi, karet bukan petani perkebunan? Alasannya sangat sederhana, bapak-bapak (petani sawit) dan perkebunan sangat tersosialisasi karena bagian dari industri, kulturnya ada dalam komoditas.
“OLeh karena itu, organisasi petani saya rancang sesuai dengan komoditas masing-masing sehingga dengan mudah menyambungkan dengan pusat-pusat penelitian, misalnya pusat penelitian kelapa sawit, pusat penelitian kopi dan sebagainya,” pungkasnya.
“Alhamdulillah pada 2001 lahirlah APKASINDO dan saat ini menjadi organisasi yang semakin berkembang. Maka, pada kesempatan ini menjadi hari yang sangat bahagia bagi saya,” ucap Agus yang saat ini menjadi Pembina APKASINDO.
Untuk memberikan gambaran bagaimana saat itu berjuang mendirikan Asosiasi petani sawit. Agus kembali menceritakan saat berkunjung ke asosiasi petani kedelai, jagung yang ada di Amerika. “Kantor (secretariat) Asosiasi petani kedelai dan Asosiasi petani Jagung lebih bagus dari kantor Direktur Jenderal Perkebunan,” jelasnya.
Selanjutnya, Agus menjelaskan dari mana Asosiasi petani kedelai dan Asosiasi Jagung bisa mendirikan kantar megah dan membiayainya? Uang itu dari dua sumber yaitu iuran petani dan iuran yang ditarik oleh pemerintah (check off) sebesar 10% untuk dikumpulkan kemudian dikembalikan untuk tiga hal yaitu untuk promosi dan edukasi, Riset & development untuk meningkatkan produktivitas dan untuk membiayai kebutuhan lain yang diperlukan petani.
Agus juga mengharapkan organisasi APKASINDO yang semakin berkembang, bisa seperti Asosiasi petani kedelai dan jagung yang ada di Amerika cara mengelola dan mengumpulkan dana dari iuran anggotanya. Seperti diketahui, anggota APKASINDO jumlahnya mencapai 5 juta yang tersebar di 22 provinsi yang ada di Indonesia.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 93, 15 Juli – 15 Agustus 2019)