Penggunaan pupuk majemuk mulai diaplikasikan pelaku perkebunan kelapa sawit. Kandungan nutrisi yang lebih seimbang dan komplit di dalam pupuk majemuk, mendorong tanaman lebih stabil produktivitas dalam menghasilkan buah sawit.
Inovasi produsen pupuk terus dilakukan untuk menciptakan produk yang memiliki nilai lebih dari produk lainnya. Pangsa pasar pupuk sangat terbuka lebar karena luas lahan kelapa sawit yang telah mencapai 8 juta hektare, artinya kebutuhan pupuk akan terus ada mengikuti pertumbuhan industri perkebunan sawit tiap tahun. Kehadiran pupuk majemuk atau dikenal NPK (Nitrogen, Phospate, dan Kalium ) berupaya membantu petani atau pelaku usaha yang mengalami kesulitan ketika memakai pupuk tunggal. Pupuk majemuk itu sendiri sebenarnya bahan bakunya dari pupuk tunggal, karena teknologi maka ketiga unsur pupuk tunggal dapat digabung menjadi satu kesatuan.
Benni Oktafian Jacup, Direktur Marketing PT Sumber Agrindo Sejahtera, mengatakan pekebun sawit yang memakai pupuk tunggal akan menghadapi banyak kendala antara lain ketersediaan pupuk tunggal, ketepatan waktu pengirim, tempat penyimpanan dan tenaga kerja. Sebagai contoh, pelaku yang memakai pupuk tunggal biasanya membeli masing-masing unsur nutrisi seperti Nitrogen, KCl, fosfat dan boron, dari agen penjualan pupuk yang berbeda. Akibatnya, apabila ada keterlambatan pengiriman pupuk dari supplier yang ditunjuk maka pelaku kebun akan sulit menjalankan kegiatan pemupukan sesuai jadwal, sehingga berdampak buruk kepada tanaman.
Salah satu keunggulan pupuk majemuk adalah aplikasi pemupukan cukup dilakukan tiga kali setahun, lebih rendah dari aplikasi pupuk tunggal sebesar 6-9 kali setahun. Ini berarti, pelaku usaha dapat menghemat biaya pemupukan dari sisi biaya aplikasi di lapangan. Sekadar informasi, biaya pemupukan berkontribusi 50%-60% dari total biaya operasional kebun sawit. Kendati biaya pemupukan cukup tinggi namun pekebun tidak dianjurkan mengurangi kebutuhan pupuk.
“Kalau dosis pupuk dikurangi, hasil produksi TBS tidak akan optimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,” ujar beliau.
Buamax dan Haracoat MX merupakan dua produk pupuk NPK yang sedang beredar di perkebunan kelapa sawit. Kedua produk ini dihasilkan oleh PT Hanampi Sejahtera Kahuripan yang merupakan joint venture dari tiga perusahaan yakni Hanfeng Evergreen, PT Sumber Sejahtera Agrindo, dan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group).
Buamax adalah pupuk compound majemuk yang seimbang dan komplit terutama untuk meningkatkan produktivitas buah sawit. Dalam Buamax mengandung unsur Nitrogen, Phosporus (P2O5), Potassium (K20) dan Magnesium (MgO) serta kandungan boron. Dimana komposisi yang tersedia memang cocok untuk tanaman kelapa sawit dari mulai TBM sampain dengan TM.
Benni Oktafian menuturkan Buamax telah memiliki formulasi yang tepat bagi tanaman menghasilkan sehingga pekebun sawit tidak akan mengalami kesulitan dalam menentukan dosis nutrisi bagi tanaman. Penggunaan pupuk ini akan sangat membantu perusahaan yang baru terjun ke bisnis perkebunan kelapa sawit.
Produk lainnya, Haracoat MX merupakan pupuk NPK Granule dengan teknologi Bulk Blending dimana spesifikasi kandungan nutrisi bisa dibuat sesuai keinginan pekebun. Pemakaian pupuk ini dapat dipergunakan mulai penanaman pohon pada tahun tanam pertama hingga tanaman menghasilkan. Sebagai contoh terdapat Haracoat mempunyai kandungan Nitrogen (N) 18%, Phosphorus (P2O3) 8%, Potassium (K2O) 8%, Magnesium (MgO) 2% dan unsur lainnya. Selain itu terdapat pula Haracoat MX berkandungan Nitrogen (N) 12%, Phosphorus (P2O3) 12%, Potassium (K2O) 17%, Magnesium (MgO) 2%.
Benni Oktafian menuturkan keunggulan pupuk Haracoat MX adalah dosis pemupukannya dapat dikurangin sampai dengan 25% dari dosis normal pupuk majemuk yang ada. Sebab Haracoat MX dibuat dari bahan Urea yg dicoating dengan Sulfur ( SCU ), Phosphate dari MAP dan DAP, dan MOP Granule. Jadi didalam pupuk Haracoat MX ada unsur Controlled Release nya.
Dengan dapat dikurangi dosis pemupukannya sampai dengan 25% dari pupuk majemuk biasa, maka hal ini secara tidak langsung akan berimbas kepada biaya ongkos angkut pupuk dan tempat penyimpanan yang berkurang.
Benni menjelaskan kedua produk pupuk ini baru dirilis setahun lalu atau tepatnya Oktober 2010. Menurutnya, beberapa perusahaan pengguna pupuk ini telah mendapatkan manfaat dari aspek vegetatif seperti tidak terjadi diferensiasi pada tanaman kelapa sawit. Kendati, pengaruh terhadap produksi buah sawit baru dapat dilihat dalam 24 bulan mendatang.
Dengan luas lahan kelapa sawit 8 juta hektare, dia optimis penjualan majemuk akan terus meningkat tiap tahun. Apalagi, perusahaan dan pekebun sawit terus disosialisasikan mengenai efek positif dari pupuk majemuk dibandingkan pupuk tunggal. Beberapa perusahaan kelapa sawit seperti Makin Group, Incasi Raya Group, Sampoerna Agro, PWS Group dan beberapa perusahaan menengah ke bawah sudah memakai pupuk majemuk.