JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kelapa Sawit memiliki produk olahan berupa lidi yang dapat memenuhi kebutuhan ekspor. Adalah CV Masagenah Group asal Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) yang ekspor perdana produk lidi sawit ke Pakistan.
Jumlah ekspor sebanyak sebanyak 1 kontainer 40 feet dengan total nilai ekspor US$ 9,2 ribu.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi, komoditas-komoditas ini diekspor ke India dan Pakistan yang merupakan negara tujuan ekspor nontradisional di kawasan Asia Selatan. Dirinya menjelaskan, jumlah UKM peserta ECP termasuk CV Masagenah dapat meningkatkan hasil ekspor yang terus bertambah.
“Pelaku usaha yang menjadi peserta pendampingan mampu merambah beberapa pasar ekspor nontradisonal dengan produk yang beraneka ragam,” kata Didi, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (9/10).
CV Masagenah Group merupakan peserta ECP di Kaltim. ECP di Kaltim merupakan hasil kerja sama Kemendag dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim.
Diketahui, ECP merupakan kegiatan pembinaan UKM selama satu tahun yang digelar Balai Besar Pendidikan dan Pengembangan Ekspor Indonesia (PPEI) Kemendag.
Lingkup ECP mencakup peningkatan kualitas produk, kesiapan proses ekspor, pemasaran dan pencarian calon pembeli potensial, perbaikan manajemen produksi, daya saing produk, desain dan kemasan produk untuk tujuan ekspor, serta pengembangan tim ekspor.
Di Jatim, ECP sudah sampai tahap kelima dari delapan tahapan, yakni penjajakan dengan calon buyer (business matching).
Peserta ECP diberi pendampingan mengenai kesiapan dokumen ekspor, bernegosiasi dengan calon pembeli, pengetahuan tentang kepabeanan dan pengiriman barang ekspor, kalkulasi harga ekspor, dan sistem pembayaran ekspor.
Kepala Balai Besar PPEI Heryono Hadi Prasetyo menyampaikan, hingga hari ini sudah ada lima pelaku usaha peserta ECP Jatim yang telah berhasil ekspor dengan nilai total US$ 159,8 ribu atau sekitar Rp 2 miliar. Secara total dari 10 wilayah diadakannya ECP, sudah ada 18 pelaku usaha yang berhasil ekspor dengan total nilai USD 374,7 ribu atau sekitar Rp 5,4 miliar.
“Program ECP ditujukan bagi para pelaku usaha yang telah mendaftarkan diri dan memenuhi kriteria untuk mengikuti program pendampingan ekspor dan melalui proses verifikasi. Para peserta memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin jaringan dalam perdagangan internasional,” jelas Heryono.
Tahun ini, ECP dilaksanakan di 10 kota, yaitu Semarang, Surabaya, Bandung, Bandar Lampung, Jakarta, Yogyakarta, Banda Aceh, Serang, Samarinda dan Makassar. Sebanyak 30 pelaku UKM di setiap wilayah akan didampingi selama program berjalan.
Di tengah pandemi Covid-19, peserta ECP tetap mendapatkan pendampingan secara daring melalui webinar serta business matching dari para perwakilan perdagangan Indonesia di berbagai negara. Para peserta pendampingan juga berkesempatan mengikuti kurasi pameran internasional.