JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta campuran biodiesel di bahan bakar solar untuk dapat ditingkatkan pada 2022. Program biodiesel dinilai berhasil untuk menghemat devisa negara, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi gas emisi karbon.
Di sela-sela peresmian pabrik biodiesel PT Jhonlin Agro Raya, Presiden Jokowi mengatakan program B30 harus ditingkatkan. Pada 2021, penyaluran biodiesel ditargetkan mencapai 9,2 juta Kl.
”Tahun depan saya minta meningkat lebih tinggi. Butuh komitmen dan dukungan dari hulu sampai hilir. Di hulu ada industri sawit, di tengah ada biodiesel. Di akhir, ada pengguna baik sektor transporatasi dan pembangkit listrik,” ujar Jokowi.
Program biodiesel dinilai berhasil menghemat devisa negara. Pada 2020, mandatori biodiesel menghemat devisa Rp 38 triliun. Penghematan devisa dari penggunaan biodiesel semakin meningkat di tahun ini mencapai Rp 56 triliun.
“Paling penting menciptakan lapangan kerja. Membangun pabrik biodiesel membuka lapangan kerja. Alasan besar saya datang kesini. Kawasan ini pabrik ini (Jhonlin) mampu membuka lapangan kerja yang banyak,” kata Jokowi.
Industri biodiesel diharapkan dapat menjaga stabilisasi harga CPO.”Jangan sampai memiliki CPO tetapi tentukan harga ada di pasar. Kita harus kendalikan ini, saat ekspor harga baik silakan ekspor. Tetapi kalau enggak, pakai sendiri. Ada alternatif seperti ini,” jelasnya.
Jokowi mengatakan ada kepastian demand kepada petani. Alhasil dapat memberikan efek lebih luas kepada kesejahteraan masyarakat.
“Berikutnya pengembangan biodiesel masuk energi baru terbarukan yang akan memastikan kualitas lingkungan bagi emisi gas rumah kaca. Terakhir, saya tegaskan pegang teguh komitmen untuk tinggalkan energi fosil. Beralih kepada energi baru terbarukan,” ujarnya.
Dari data Kementerian ESDM RI, semester I 2021 ini volume biodiesel yang telah tersalurkan sebesar 4,3 juta kilo Liter (kL) atau 46,7% dari target penyaluran biodiesel tahun 2021, dan memberikan manfaat ekonomi setara hingga Rp29,9 Triliun. Angka tersebut terdiri dari penghematan devisa sebesar Rp24,6 Triliun dan nilai tambah dari Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp5,3 Triliun. Selain itu, implementasi biodiesel juga telah berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 11,4 juta ton CO2e.
Pada tahun 2021, alokasi biodiesel ditetapkan sebesar 9,2 juta kL, didukung oleh 20 BU BBN yang mengikuti pengadaan FAME dan 20 BU BBM yang wajib melakukan pencampuran BBN Jenis Biodiesel dengan BBM Jenis Minyak Solar. Rata-rata serapan setiap bulan diperkirakan sebesar 766 ribu kL. Sejak Januari hingga Juni 2021, capaian rerata pemenuhan Purchase Order bulanan mencapai 93.03%, dengan serapan terendah di bulan Januari dan tertinggi di Bulan Juni 2021.