JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan penggunaan B30 dapat menghemat devisa sebesar Rp 63 triliun. Untuk itu, program ini akan terus ditingkatkan lagi menjadi B50 dan B50.
“Nantinya kita harapkan, ini kita step by step. Tahun depan nanti masuk ke B40, 2021 masuk ke B50, targetnya kira-kira itu. Nggak usah terlalu ke B100, B40 dan B50 itu sudah saya kira, kalau ini bisa kita raih, saya kira devisa akan semakin besar kita peroleh,” kata Presiden Jokowi dalam peresmian program B30.
Dilanjutkan Presiden, jika nanti masuk B40 dan B50 tentu saja penghematan devisanya akan lebih banyak lagi. “Inilah yang sering saya sampaikan memperbaiki current account deficit dengan memperbanyak substitusi impor, produk-produk substitusi impor. Bukan hanya ini saja, nanti kalau petrokimia-nya juga bisa selesai, TPPI itu juga akan menghemat banyak sekali karena kita impor petrokimia juga sangat tinggi,” ujar Presiden.
Selain itu, Presiden kembali mengingatkan, bahwa implementasi Biodiesel akan menjadikan kita lebih mandiri. “Tidak tergantung pada pasar-pasar ekspor. Tidak tergantung pada negara-negara lain yang ingin beli CPO kita.”
Terkait persoalan dengan Eropa, Presiden Jokowi tidak khawatir dengan rencana Eropa menghentikan pembelian minyak sawit. “Kamu nggak beli, nggak apa-apa, saya pakai sendiri. Kamu tidak beli, nggak apa-apa, saya konsumsi sendiri di dalam negeri. Inilah daya tawar kita menjadi lebih kuat. Ngapain kita tergantung pada negara lain, kalau konsumsi di dalam negeri bisa memakai. Apalagi ini energi bersih,” tegas Presiden
Mengenai kesulitan transportasi logistik memasukkan CPO ke kilang untuk dijadikan B30, Presiden Jokowi mengakui adanya keruwetan masalah tersebut. Namun Presiden menyampaikan, bahwa kilang Pertamina juga mencukupi sehingga tidak harus membangun kilang baru dalam rangka B30, B40, dan nanti