JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Dua perusahaan perkebunan kelapa sawit memaparkan praktik keberlanjutan yang menjadi keharusan dan sebagai pedoman dalam menjalankan bisnisnya. Bahkan, pedoman dan praktik berkelanjutan dilakukan menjadi kemampuan utama industri minyak sawit penghasil minyak nabati berkelanjutan di dunia. Wajar bila kemudian, permintaan pasar global terus meningkat setiap tahunnya.
Direktur Sustainability & Stakeholder Relations, Asian Agri, Bernard Riedo mengatakan Asian Agri telah menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sustainable lantaran memperoleh sertifikasi minyak sawit berkelanjutan terbesar didunia baik untuk RSPO, ISPO dan ISCC.
“Saat ini produksi minyak sawit Asian Agri telah mencapai 1,1 juta ton/tahun dan telah menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mitra petani sawitnya memperoleh sertifikasi RSPO dan ISPO,” ujarnya, webinar bertemakan “Minyak Sawit sebagai Minyak Nabati Berkelanjutan Terbesar di Dunia” yang diadakan Majalah InfoSAWIT, Kamis (9 Desember 2021).
Selanjutnya, ia menambahkan kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit Asian Agri (kebun inti) seluas 100 ribu ha, serta telah bermitra dengan petani sawit dengan model skim plasma seluas 60 ribu ha, dan model kemitraan dengan petani swadaya mencapai 42 ribu ha. “Perkebunan kelapa sawit yang kami kelola tersebar di tiga wilayah yaitu Sumatera Utara, Riau dan Jambi,” tambah Bernard.
“Tak hanya memenuhi aspek praktik sawit berkelanjutan dalam proses budidaya di perkebunan kelapa sawitnya, Asian Agri juga memiliki tingkat produksi kelapa sawit yang cukup tinggi dibanding produktifitas rata-rata perkebunan kelapa sawit global. Produktifitas rata-rata kebun sawit Asian Agri mencapai 5,38 ton/ha/tahun. Angka ini bahkan memiliki tingkat produktifitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktifitas minyak nabati lainnya seperti rapeseed yang hanya 0,7 ton/ha/tahun, minyak bunga matahari sekitar 0,52 ton/ha/tahun dan kedelai hanya 0,45 “ imbuh Bernard.
Pada kesempatan yang sama, praktik keberlanjutan dalam menjalankan bisnis di sektor perkebunan kelapa sawit juga diungkapkan, Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk., M Hadi Sugeng. Praktik sawit berkelanjutan telah dilakukan semenjak 2011 lalu sesuai kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Saat ini, regulasi ISPO terus berkembang dan telah dilakukan beberapa kali revisi hingga ditetapkannya Perpres No. 44 Tahun 2020, Tentang Sistem Serifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, dengan regulasi petunjuk teknis sesuai Permentan No. 38 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia,” ucapnya.
Dijelaskan Hadi, sebagai Kepala Bidang Implementasi ISPO Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Pusat, point penting perubahan kebijakan ISPO sesuai Perpres 44 Tahun 2020 setidaknya ada lima, pertama wajib bagi pekebun setelah 5 tahun sejak diberlakukan Perpres ini, sebelumnya regulasi masih bersifat sukarela.
“Untuk percepatan penerapan ISPO, pihaknya melakukan beberapa langkah seperti Coaching & Clinic ISPO Skim Permentan No. 11/2015, dilakukan di 11 Cabang GAPKI dengan jumlah Perusahaan 349 dan meliputi 631 orang, selama Periode 2018 – 2020, kegiatan ini diselenggarakan untuk Anggota dan Non Anggota GAPKI. “Serta bekerjasama dengan Sekretariat Komisi ISPO dan Melibatkan Instansi terkait dari Pemerintah Daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Penyaluran Dana sekaligus selaku Plt. Direktur Kemitraan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Edi Wibowo mengutarakan terkait dengan peran BPDPKS dalam mendukung kelapa sawit berkelanjutan di dalam negeri. Fokus pada, bagaimana meningkatkan efisiensi biaya perkebunan sawit rakyat, harga TBS yang optimum sehingga stabilitas harga terjamin dan kesejahteraan pekebun sawit rakyat.
“Ada beberapa program yang bisa dirasakan atau berdampak langsung pada pekebun sawit rakyat yaitu Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Sarana dan Prasarana dan Pengembangan SDM. Sementara, program yang tidak berdampak langsung yaitu mandatory biodiesel, Penelitian dan Pengembangan Sawit serta promosi sawit. Program-program ini untuk mendukung kelapa sawit berkelanjutan,” pungkas Edi