Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mampu mempertahankan kinerja positif sepanjang 2020. Penjualan benih sawitnya mencapai 31,1 juta butir atau naik 84% dibandingkan tahun 2019 sebesar 16,9 juta butir.
“PPKS melakukan strategi penjualan yang baik dan tetap melakukan penjualan di saat produsen lainnya memilih untuk melakukan lockdown atau tidak melakukan penjualan sama sekali,” ujarDr. M. Edwin Syahputra Lubis, M.Agr.Sc Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Dari 19 produsen benih sawit, PPKS menempati urutan pertama dengan pangsa pasar 35% pada 2020. Total penyaluran benih sawit nasional mencapai 87,04 juta butir.
Varietas yang terpopuler di tahun 2020 adalah varietas Simalungun. Berikutnya adalah varietas PPKS 540 dan Yangambi. Sebagai tambahan informasi, saat ini terdapat tujuh varietas sawit yang dikomersialisasi oleh PPKS, yaitu Dumpy, Simalungun, PPKS 718, PPKS 540, PPKS 239, Yangambi, dan 540 NG.
Lalu seperti apa strategi PPKS di tahun ini untuk meningkatkan penjualan benih dan mempertahankan pangsa pasarnya? Berikut ini tanya jawab kami denganKepala PPKS, Dr.Edwin Lubis:
Mohon dapat dijelaskan, bagaimana perkembangan penjualan benih sawit PPKS tahun 2020 dibandingkan 2019?
Pada tahun 2019, jumlah kecambah PPKS yang tersalur sebanyak 16,9 juta butir dengan market share 30%. Walaupun kondisi pandemi covid-19, penyaluran kecambah PPKS di tahun 2020 meningkat signifikan menjadi 31,1 juta butir (meningkat 84% dibandingkan realisasi 2019 dan pencapaian 195% dibandingkan target 2020) dengan market share 35% (meningkat 16% dibandingkan realisasi 2019 dan pencapaian 116% dibandingkan target 2020).
Varietas benih apa saja yang menjadi andalan PPKS dalam penjualan?
Adapun varietas yang menjadi andalan penjualan PPKS adalah varietas Simalungun (karakteristik unggul quick starter, mesokarp tebal, dan daya adaptasi luas), PPKS 540 (karakteristik unggul quick starter, mesokarp tebal, dan daya adaptasi luas), dan Yangambi (karakteristik unggul ukuran tandan yang besar). Varietas yang terpopuler di tahun 2020 adalah varietas Simalungun kemudian disusul oleh PPKS 540 dan Yangambi. Sebagai tambahan informasi, saat ini terdapat tujuh varietas sawit yang dikomersialisasi oleh PPKS, yaitu Dumpy, Simalungun, PPKS 718, PPKS 540, PPKS 239, Yangambi, dan 540 NG.
Bagaimana target penjualan benih PPKS di tahun ini? Apakah ada rencana kenaikan harga benih?
Pada tahun 2021, PPKS menargetkan penjualan kecambah sebanyak 20 juta butir (naik 25% dibandingkan target 2020) dengan market share 30%. Sesuai dengan SK Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit No. 107/Kpts/PPKS/XI/2020, PPKS melakukan penyesuaian harga kecambah sawit (germinated seed) yang sebelumnya Rp 7.500 per butir menjadi Rp 8.000 per butir (per 1 Januari 2021).
Namun, untuk varietas 540 NG tetap pada harga Rp16.000 per butir. Kabar baiknya, khusus untuk petani, koperasi, maupun dinas perkebunan, PPKS tetap memberikan potongan harga atau diskon sebesar 10% sehingga dari harga awal Rp 8.000/butir menjadi Rp 7.200/butir setelah pemotongan harga. Terkait dengan kebijakan rafaksi, PPKS tetap memberlakukan rafaksi 5% untuk pembelian semua varietas.
Apa faktor pendorong kenaikan penjualan benih sawit PPKS di tahun 2020?
Walaupun dalam kondisi pandemi, penjualan kecambah sawit PPKS tetap berjalan dengan baik dan bahkan melebihi penjualan produsen kecambah lainnya secara signifikan. Hal ini dikarenakan PPKS melakukan strategi penjualan yang baik dan tetap melakukan penjualan di saat produsen lainnya memilih untuk melakukan lockdown atau tidak melakukan penjualan sama sekali.
Adapun strategi untuk peningkatan penjualan antara lain:
- Pada akhir Desember 2019, PPKS sudah memperkirakan bahwa beberapa bulan kemudian wabah covid-19 akan menjadi pandemi, sehingga wilayah-wilayah penyaluran kecambah PPKS akan melakukan lockdown. Memprediksi hal tersebut, PPKS berupaya meningkatkan promosi secara offline dan digital (dengan media sosial). Selain itu PPKS juga mempersuasi konsumen supaya melakukan pembelian serta pembayaran diawal sedangkan fisik kecambah dapat diambil beberapa bulan kemudian. Namun, pada saat pendemi dan pemberlakuan PSBB, hampir semua perusahaan/kantor memberlakukan WFH sehingga pengurusan sertifikasi benih ke BBP2TP menjadi terhambat. Oleh karena itu, supaya penyaluran kecambah dapat berjalan dengan lancar, maka PPKS berinisiatif memberlakukan sistem kerja shift dan mendatangi pihak BBP2TP secara langsung atau (“menjemput bola”) untuk mendapatkan melalukan sertifikasi benih atau Surat Keterangan Pengukian Ulang (SKPU) kecambah sawit (surat ini merupakan salah satu syarat supaya kecambah dapat diterima konsumen).
- Promosi melalui media sosial dan penjualan secara online (transformasi bisnis) sehingga memudahkan konsumen untuk mengenali PPKS dan memudahkan konsumen mengetahui informasi produk-produk kecambah PPKS.
- Melakukan penjualan dengan mendatangi konsumen secara langsung melalui kegiatan Prowitra (program sawit untuk rakyat) di wilayah Sumatera. Namun kegiatan ini tetap dilakukan dengan penetapan protokol kesehatan dan mendapat izin dari pemerintah daerah setempat.
- Memperluas kerja sama mitra penangkar bibit kelapa sawit.
- Membentuk tim satgas penanganan covid-19 di internal PPKS.
- Faktor lainnya karena kenaikan harga CPO sejak Mei 2020.
- Mengupayakan supaya pesanan kecambah tidak dibatalkan oleh konsumen, khususnya konsumen yang berada di luar pulau jawa. Hal ini dilakukan dengan cara mengupayakan pengiriman kecambah melalui alternatif transportasi lainnya (misalnya dari transportasi udara ke laut).
- (Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 113)