Saat ini ENERGI merupakan kebutuhan dasar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mulai dari bangun pagi, memasak makanan, berangkat ke tempat kerja, bekerja dan kembali ke rumah sampai dengan malam hari kehidupan manusia selalu tergantung pada keberadaan energi. Sebegitu besarnya ketergantungan hidup kita pada energi bagaimana kalau energi tersebut habis ? Darimana lagi Kita mendapatkannya ? Dan bagaimana mempertahankannya ? Tentu pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dan segera dicarikan solusinya untuk keberlanjutaan keberadaan energi tersebut sampai kepada anak cucu kita di kemudian hari. Saya Dr.Kiman Siregar,S.TP,M.Si sebagai salah satu Narasumber/Pemateri pada acara “Bioenergy Goes To Campus” yang dilaksanakan pada tgl 3 Mei 2018 kemarin di Fakultas Pertanian Unsyiah dengan materi “Penelitian dan Aplikasi Teknologi Bioenergi di Propinsi Aceh dan Indonesia” melalui contoh aplikasi yang sudah Kami lakukan yaitu “Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) Dengan Kapasitas 25 kW Untuk Skala 1 Desa Yang Terisolasi Dari Jari Listrik PT.PLN (Persero)” seperti diberitakan pada website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berikut ini: http://ebtke.esdm.go.id/post/2018/05/04/1953/dorong.pengembangan.plt.berbasis.bioenergi.di.aceh.bioenergy.goes.to.campus.digelar. Pada 16 Mei 2018 kemarin juga saya sebagai narasumber di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Materi “Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Dari Produksi Bioenergi di Indonesia Melalui Metode Life Cycle Assessment (LCA)” seperti diberitakan pada halaman website Kementerian Lingkungan Hidup da Kehutanan berikut ini: 🙁http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/penilaian-siklus-hidup-bisa-dukung-pengurangan-emisi-grk).
Dari kedua pertemuan tersebut dan hasil-hasil penelitian dan palikasi praktis di lapangan selama ini saya mencoba merangkum pada artikel ini untuk berbagi pemikiran kepada pembaca setia Majalah Sawit Indonesia perihal betapa pentingnya BIOENERGI saat ini sebagai salah satu penyelamat KETAHANAN ENERGI di Indonesia agar generasi yang akan datang tetap menikmati energi dalam proses kehidupannya, sekaligus bioenergi juga sebagai penyelamat bumi dari pemanasan global karena bioenergi mempunyai potensi yang sangat besar untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Apalagi saat ini Indonesia terus bertumbuh dan memang harus bertumbuh untuk memenuhi kebutuhan 250 juta-an rakyat Indonesia, kalau lah saat ini pertumbuhan kita dipatok sekitar 5,6 %, maka seharusnya pertumbuhan ketersediaan energi Kita harus minimal 9 %. Kalau dari energi fosil sudah tidak memungkinkan, maka solusinya adalah dari BIOENERGI.
Minimal ada 4 alasan mengapa harus Bioenergi, yaitu (1)Jenis bahan baku dan potensi pemanfaatannya Besar, salah satu sumber utamanya adalah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis), dari 2016 sampai dengan saat ini Indonesia menjadi penghasil CPO terbesar di dunia yaitu 32 juta ton CPO (tahun 2016) dan pada tahun 2017 produksi Indonesia mencapai 37 juta ton CPO untuk dengan luas kebun hanya sekitar 11 juta-an hektar; (2)Kebijakan Tarif Harganya Menguntungkan, melalui Permen ESDM No.27 Tahun 2014 diatur tarif khusus untuk harga listrik yang bersumber dari bioenergi sesuai dengan lokasi daerahnya (dari PLTBm dengan kapasitas s.d 10 MW pada tegangan rendah tarifnya sebesar Rp.1500,-/kWh x F (faktor koreksi lokasi, seperti Papau F = 1,6 dan dari PLTBg dengan kapasitas s.d 10 MW pada tegangan rendah = Rp.1400,-/kWh x F (faktor koreksi lokasi, seperti Papau F = 1,6) dan khusus sumber listrik dari sampah kota mendapat penilaian tarif harga listrik yang lebih khusus lagi sesuai dengan Permen ESDM No.19 Tahun 2013 ((dari PL_ Sampah Kota dengan kapasitas s.d 10 MW pada tegangan rendah = Rp.1798,-/kWh x F (faktor koreksi lokasi, seperti Papau F = 1,6, dan sudah sangat menguntungkan lagi dengan dikeluarkannya PERMEN ESDM No.50 tahun 2017, dimana kebijakan ini sudah lebih berpihak kepada pihak swasta pengembeng PLT_Bioenergi; (3)Menyumbang penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), terutama dari penggunaan biodiesel, pemanfaatan limbah padat (biomassa) sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dan limbah cair juga untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg); (4)Pengembangan Bioenergi juga dapat menampung tenaga kerja, untuk lahan sawit saja yang 11 juta-an hektar dapat menampung tenaga kerja sekitar 11 juta-an dan diperkirakan jika kapasitas pabrik biodiesel yang 12 juta kilo liter diaktifkan secara maksimal, maka akan dapat menampung tenaga kerja terdidik minimal 500 ribu orang lagi. Padahal dari data Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tahun 2015 terdapat 700.000 insinyur Indonesia. Sementara pada tahun 2020 diperkirakan jumlah sarjana di Indonesia akan menjadi 6 % dari jumlah penduduk atau sebesar 15,9 juta-an dan jika tidak ada inovasi pembukaan lapangan kerja, maka sebagian besar dari mereka akan mengganggur, sementara ada potensi konversi sumber bahan bakar nabati (BBN) ke biodiesel dimana sumber bahan bakunya juga banyak di Indonesia, seperti kelapa sawit, nyamplung, jaraka pagar, dan lain-lain.