JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Terbukti berkembang pesat, industri sawit kini juga mulai diminati masyarakat yang tidak berasal dari sentra sawit. Hal ini terbukti dari mulai banyaknya mahasiswa baru Politeknik Kelapa Sawit CWE yang berasal dari Jawa.
Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) kembali mengadakan wisuda lulusannya pada Sabtu (15/10) di kampus Politeknik CWE, Cibitung, Bekasi. Wisuda tahun akademik 2015-2016 ini merupakan wisuda angkatan ke delapan yang meluluskan 100 wisudawan dari program Diploma tiga.
Para wisudawan berasal dari tiga program studi yang dimiliki Politeknik CWE yaitu 45 lulusan dari Prodi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, 19 lulusan dari Prodi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit, dan 36 lulusan dari Prodi Manajemen Logistik.
Sementara itu 15 wisudawan lulus berpredikat cumlaude atau lulus dengan pujian yang berasal dari 2 wisudawasan dari Prodi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit, 3 wisudawan dari Prodi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit, dan 10 wisudawan dari Prodi Manajemen Logistik.
Nugroho Kristanto, Direktur Politeknik Kelapa Sawit CWE mengatakan bahwa jika dibandingkan wisuda tahun lalu terjadi penurunan jumlah wisudawan. Hal ini disebabkan karena memang jumlah penerimaan mahasiswa yang fluktuatif.
“Bisa dibilang dampak lesunya industri sawit belakangan ini lebih kurang memang memiliki dampak langsung terhadap penerimaan mahasiswa kita. Karena ini kan nanti akan berdampak kepada anggaran perusahaan mungkin untuk pengembangan SDM, untuk memberikan sponshorship misalnya dikurangi,” jelas Nugroho.
Meski demikian Nugroho melihat munculnya tren baru dari fluktuatifnya penerimaan mahasiswa baru CWE. Kini cukup banyak mahasiswa baru yang tidak dibiayai oleh perusahaan, melainkan secara mandiri. Selain itu para mahasiswa baru ini juga berasal dari daerah bukan sentra sawit seperti Subang, Bandung, Semarang, Purwokerto, Trenggalek, Tulungagung. Menurut Nugroho hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa industri sawit adalah salah satu industri unggul nasional.
“Saya telusuri biasanya motivasi para mahasiswa baru yang berasal bukan dari sentra sawit ini karena mereka memeiliki saudara yang misalnya telah berhasil bekerja di perkebunan sawit, atau yang menjadi transmigran dan mengelola kebun sawit di luar Jawa,” kata Nugroho.
Selain soal daerah, Nugroho juga melihat tren lain yang terjadi yaitu Prodi Teknik Pengolahan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit dan Manajemen Logistik kini lebih diminati dibanding dengan Prodi Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit.
Terakit hal tersebut, Nugroho memperkirakan kecenderungan hilirisasi industri sawit yang terjadi beberapa tahun belakangan jadi penyebabnya. Menyikapi hal tersebut CWE kini sedang bersiap untuk mengembangkan jenjang pendidikannya menjadi Diploma 4 atau setara sarjana untuk Prodi yang dimiliki.
Nugroho menjelaskan rencana peningkatan jenjang ini merupakan salah satu upaya pondasi untuk membuat Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telha menjadi rencana tahun sebelumnya namu masih tertunda karena terhalang sinkronasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di industri sawit.
“Rencana tersebut nanti akan diintegrasikan dengan pembentukan LSP oleh CWE, karena setelah kami pelajari kutikulum kami ini sudah bisa selevel asisten di pabrik maupun kebun namun di SKKNI itu minimal gelarnya harus D4 atau sarjana,” jelas Nugroho.
Mempersiapkan hal tersebut CWE merencanakan untuk mengajukan proposal ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi (DIKTI) akhir tahun mendatang. Dan jika berjalan lancar Prodi D4 CWE telah dapat dbuka pada awal tahun ajaran 2017-2018.
Sedangkan dari segi infrastruktur CWE juga berencana untuk menambah luas kebun pendidikan miliknya. kini CWE mengandalkan 2 hektar kebun sawit yang terletak di areal kampus, dan berencana untuk memiliki hingga 15 hektar guna menambah sarana pendidikan.
“Selain itu kami juga telah merekrut 2 dosen baru yang sudah S2, karena peraturanya memang untuk mengajar D4 atau S1 minimal pendidikan yang dimiliki itu Magister,” tambah Nugroho. (Anggar Septiadi)