Dengan rata-rata penghasilan Rp 80 juta per tahun, petani plasma PT Hindoli dapat menjadi contoh keberhasilan program plasma sawit. Tidak hanya aspek ekonomis, petani pun sadar pentingnya pengelolaan sawit yang ramah lingkungan.
Keberhasilan petani plasma meningkatkan kesejahteraanya tidak dapat dilepaskan dari dukungan perusahaan yang bertugas membina dan mengayomi mereka. Komitmen PT Hindoli tidak perlu diragukan karena semenjak awal program kemitraan perusahaan memang berupaya menjadikan petani lebih maju dan sejahtera. Anthony Yeow, Presiden Direktur PT Hindoli, mengatakan perusahaan berupaya menumbuhkan kemitraan lewat jalinan hubungan yang baik dengan petani plasma. Sifat hubungan kemitraan petani ini berdasarkan kepada kepentingan bersama.
Ditambahkan Anthony, perusahaan ingin membantu petani supaya produktivitas dan pendapatan petani dapat meningkat. Petani diajarkan cara pengelolaan kebun yang sesuai dengan Best Management Practices (BMP) misalkan saja perawatan tanaman, pemupukan, dan pengendalian hama.
Di PT Hindoli, program kemitraan melibatkan 10.000 petani plasma dengan luas lahan mencapai 20.0000 hektare. Supaya memudahkan pembinaan, petani ini membentuk lembaga koperasi. Jumlah koperasi yang dibina perusahaan sebanyak 18 koperasi. John Hartmann, Chief Operating Officer, Cargill Tropical Palm Holdings mengatakan keterlibatan petani di dalam koperasi ini bertujuan supaya petani dapat mengelola dirinya sendiri. Dengan dibawah payung koperasi, petani juga dapat mengajukan pinjaman ke bank. Setiap petani plasma sawit dialokasikan lahan sawit seluas 2 hektare.
KUD Mukti Jaya adalah koperasi binaan PT Hindoli dengan jumlah anggota 1924 petani. Bambang Gianto, Ketua KUD Mukti Jaya, menjelaskan prinsip yang ditanamkan perusahaan kepada petani melalui prinsip sistem kebersamaan ekonomi. Petani diajarkan bahwa pohon merupakan milik bersama, sementara lahan adalah punya individu.
Wujud pelaksanaan prinsip tadi, koperasi mempersiapkan kegiatan peremajaan lahan sawit (replanting) dengan membuat tabungan. Caranya, kata Bambang Gianto, petani diminta menyisihkan 5%-10% pendapatannya tiap bulan. Sampai Maret 2013, dana yang telah dihimpun koperasi mencapai Rp 40 miliar.
Langkah serupa diambil Koperasi Produsen Kelapa Sawit (KPKS) Suka Rezeki lewat tabungan replanting semenjak 2002. Pasalnya, kebutuhan dana replanting sangatlah tinggi dapat mencapai Rp 40 juta per hektare. Wardoyo, Ketua KPKS Suka Rejeki mengatakan petani awalnya enggan ikut tabungan replanting. Alasannya, mereka sedang menikmati masa memperoleh penghasilan tanpa dipotong pinjaman. Tetapi, setelah disosialisasikan manfaat tabungan ini akhir petani bersedia. Sampai Maret kemarin, tabungan replanting koperasi telah mencapai Rp 17 miliar yang berasal dari 517 anggota.
“Rata-rata lahan sawit anggota kami mulai tahun penanaman 1989. Artinya, waktu replanting akan masuk pada tahun 2014. Replanting diwajibkan karena pohon sawit mulai setelah lewat umur 25 tahun menjadi kurang produktif,” ujar Wardoyo.
Menurut Anthony Yeow, kegiatan peremajaan lahan akan siap dilaksanakan dalam waktu dua sampai tiga tahun mendatang atau sekitar 2016. Untuk itulah, dibuat program tabungan replanting sawit yang melibatkan 18 koperasi unit desa. Langkah ini diambil supaya petani mudah mencari dana ketika waktu replanting datang.
Membangun pengelolaan kebun yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan diajarkan pula PT Hindoli kepada petani plasma. Semenjak beberapa tahun ini, perusahaan sudah mengenalkan praktek kelapa sawit sesuai standar RSPO. Bambang Gianto mengakui proses sosialisasi standar kelapa sawit yang berkelanjutan telah diterapkan oleh anggota koperasi.
Salah satu aspek yang ditanamkan perusahaan adalah mengurangi penggunaan pestisida di perkebunan. Jadi, pemberian pestisida di kebun dilakukan sangat selektif dengan mempertimbangkan pemberian dosis dan target hama.
Dengan menerapkan praktek budidaya sawit sesuai kriteria RSPO, petani memperoleh keuntungan lain yaitu tingginya produktivitas panen yang mencapai rata-rata 25 ton TBS per hektare per tahun. “Harga jual TBS kami pun lebih tinggi dari harga di pasaran yang berdasarkan hasil kesepakatan bersama di daerah,” papar Bambang Gianto.
Pada Agustus 2010, petani plasma PT Hindoli menjadi petani pertama yang menerima sertifikat RSPO. Lalu berlanjut dengan diberikannnya, sertifikat International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) kepada KUD Mukti Jaya pada Juni 2012. Alhasil, semenjak tahun 2012 petani plasma telah menerima harga premium dari penjualan minyak sawit bersertifikat atau CSPO. Pada Januari 2012, harga premium yang diterima petani mencapai Rp 1,2 miliar, berlanjut pada Mei 2012 sebesar Rp 716 juta, dan September 2012 sebanyak Rp 2,3 miliar. Pada Februari 2013, petani memperoleh lagi harga premium sebesar Rp 701 juta. Di bulan yang sama, untuk pertama kalinya petani menerima harga premium dari penjualan minyak sawit bersertifikat ISCC sebesar Rp 580 juta.
Joko Wahyu Priadi, Chief Farmer Development Manager PT Hindoli, menjelaskan pembinaan PT Hindoli kepada petani plasma berjalan kontinyu dan bertanggungjawab. Pembinaan yang dilakukan sifatnya inovatif untuk membimbing mereka. Kalau di perusahaan sawit lain, petani plasma sulit sertifikat RSPO dan ISCC sedangkan petani plasma PT Hindoli telah membuktikan kemampuannya.
“Sebab, jarak antara pengelolaan kebun di perusahaan dan petani plasma tidak jauh berbeda. Dengan menerapkan Best Management Practices, petani plasma memperoleh produkivitas yang tinggi,” kata Joko Wahyu.
Tingginya produksi TBS petani plasma, menurut Joko Wahyu, didorong dengan adanya kebijakan insentif. Bagi petani yang hasil produksinya bagus dan tinggi, perusahaan memberikan insentif sebesar 4% dari harga. Begitupula dengan koperasi, memiliki kesempatan mendapatkan insentif 0,5% dari harga. Sehingga, pihak koperasi lebih mandiri untuk menjalankan kegiatannya seperti pembangunan kantor, fasilitas, dan gudang.
Suyar, petani plasma PT Hindoli, mengakui pembinaan yang dilakukan perusahaan sangat membantu peningkatan taraf hidupnya. Alhasil, dirinya mampu menyekolahkan anak sampai bangku kuliah.
Melihat tingkat kesejahteraan petani yang dirasakan kelompok petani PT Hindoli, dapat dikatakan program inti plasma perusahaan telah berhasil sepenuhnya. Sebab, program inti plasma yang diwajibkan oleh pemerintah bertujuan menciptakan taraf hidup yang baik bagi petani dan masyarakat sekitar kebun. Semoga langkah PT Hindoli ini dapat diikuti oleh perusahaan kelapa sawit lainnya. (Qayuum Amri)