Industri sawit tetap optimis di tengah ancaman El Nino. Produksi memang terancam tetapi harga CPO bakalan terkerek.
Di tengah ancaman El Nino, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Eddy Martono menyakinkan bahwa produksi perusahaan sawit anggota GAPKI tidak akan turun signifikan. Pasalnya, perusahaan telah berpengalaman dalam menghadapi ancaman iklim kering yang berkepanjangan seperti 2015 dan 2019.
“Kami telah memiliki Standar Operasional Perkebunan supaya El Nino tidak berdampak signifikan bagi produksi. SOP ini mulai dari kegiatan pemupukan sampai kepada pengendalian gulma,” ujarnya.
Eddy menjelaskan bahwa pelaku usaha telah mengoptimalkan pemupukan sebelum El Nino datang supaya produksi sawit tidak turun signifikan.”Jadi, pemupukan dilakukan clear sebelum El Nino, supaya begitu nanti (El Nino) terjadi pemupukan kurang maksimal. Harapan kami setelah El Nino produksi tidak langsung terjun bebas,” jelas Eddy.
Langkah lainnya adalah mengantisipasi ancaman kebakaran yang rentan terjadi di iklim kering. Eddy Martono menguraikan telah mewanti-wanti pengusaha sawit supaya aktif melakukan pemangkasan pelepah saat terjadi El Nino.
“Selain itu penyemprotan gulma dengan herbisida sebaiknya dihentikan dulu untuk menjaga kelembapan tanah,” kata Eddy.
“Memang di tahun ini prediksinya (El Nino) tidak seperti tahun 2019 atau 2015 yang cukup panjang. Seharusnya, kalau ikut iprediksi BMKG, itu dampaknya tidak akan sedahsyat tahun 2015 dan 2019,” kata Eddy.
Harus diakui dampak El Nino sangat dirasakan pada 2015 dan 2019 karena produksi kelapa sawit anjlok. Sementara itu, menurut Eddy, untuk tahun ini dampaknya seperti keterlambatan kematangan buah, karena minimnya curah hujan.
Sejumlah perusahaan sawit telah mengantisipasi kedatangan El Nino melalui serangkaian kebijakan. Nopri Pitoy, Direktur Keuangan ANJ, mengungkapkan bahwa kinerja operasional dan keuangan ANJ pada kuartal-II 2023 telah membaik dengan terus terjadinya peningkatan produksi TBS. Perusahaan memprediksi bahwa tren positif produksi sejak awal tahun akan terus berlanjut dan meningkat pada paruh kedua tahun ini seraya kebun mencapai periode puncak produksi pada kuartal-III dan area perkebunan yang memasuki usia matang semakin meluas.
ANJ mencatat peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 8,6% sampai dengan akhir Juni 2023 menjadi 414.919 mt dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 382.100 mt. Peningkatan produksi TBS pada semester-I 2023 didukung oleh kenaikan produksi dari beberapa area perkebunan yang baru memasuki periode menghasilkan (young mature) dengan produktivitas tinggi. Selain itu, ANJ juga menjalankan inovasi-inovasi dalam praktik agronomi seperti drip fertigation, composting dan assisted pollination yang dapat meningkatkan produktivitas sekaligus memitigasi dampak perubahan iklim.
Emiten sawit lainnya yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsumatau Perseroan) melaporkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti naik 2% yoy menjadi 515 ribu ton sepanjang semester pertama 2023. Seiring dengan kenaikan produksi TBS, total produksi CPO naik 3% yoy menjadi 131 ribu ton.
Presiden Direktur PT PP London Sumatra Indonesia Tbk Benny Tjoeng, mengatakan seiring berlanjutnya berbagai tantangan pada sektor agribisnis terutama volatilitas harga komoditas dan dampak dari cuaca, Lonsum tetap berfokus pada pengendalian biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas serta berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan.
Djend Muhayat, Praktisi Agronomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), menyampaikan enam langkah penting antisipasi dampak El Nino bagi produksi perkebunan sawit. Pertama, pengendalian gulma dengan penyemprotan herbisida dihentikan untuk menekan evaporasi di tanah.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 143)