JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Ketua Umum Asosiasi Petani Sawit Indonesia (APKASINDO) Dr. Gulat Manurung mengungkapkan jika hadirnya Bursa Crude Palm Oil (CPO) Indonesia berdampak lebih stabilnya harga tandan buah segar (TBS) petani sawit swadaya. Dia menuturkan, harga TBS saat ini tidak hanya dimonopoli dalam tender KPBN, tetapi juga harga terbentuk lewat Bursa CPO.
Petani sawit ada dua, bermitra dan swadaya. Petani swadaya sudah sepanjang tahun babak belur. Pasca berdirinya bursa CPO harga TBS lebih stabil. Guncangannya engga kayak masuk hutan. Karena apa, karena ada saingan daripada harga lain,” ujar Gulat dalam acara Special Dialog CNBC Indonesia, Kamis (16/11/2023).
Akibat harga TBS yang rendah tersebut, menurut Gulat petani sawit swadaya kehilangan puluhan triliunan rupiah per bulan.
“Maka akan hati hati yang lain karena ada bursa. Selisih harga swadaya dengan bermitra itu Rp500-Rp600 per kg. kalau dikalikan dengan luas petani sawit 6,8 juta hektar berarti dalam satu bulan kurang lebih Rp60 triliun hilang,” ungkap Gulat.
“Bursa CPO bukan hanya sebuah bursa biasa namun inilah yang menjadi tonggak sejarah dan sekaligus marwah sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia, 47-48 juta ton per tahun atau 65% dari produksi CPO dunia,” tambah Gulat.
Hadirnya bursa CPO, lanjut dia, akan meminimalkan setiap keterbatasan dari KPBN selama ini dan hal ini sekaligus akan memastikan data (debet-kredit CPO) dan melalui bursa CPO Indonesia yang dikelola oleh ICDX. Kemudian Gulat menyampaikan tidak bermaksud meniadakan peran KPBN selama ini, namun petani sawit ingin mendapat harga yang sebenar-benarnya sebagaimana harga yang di dunia, bukan harga yang ditakar-takar.
“Kami meminta komitmen dari 2.400 korporasi sawit untuk sama-sama mendukung bursa cpo Indonesia melalui jual-beli CPO dibursa. Jangan Manja, mengambil mafaat saja,“ tegas Gulat.
Menurutnya, Bursa CPO itu adalah salah satu tujuan dari Satgas Sawit dan sekaligus cita-cita petani sawit sejak dulu, Hadirnya bursa CPO Indonesia semakin merangsang gairah petani sawit untuk lebih baik, karena adanya keterbukaan dalam harga CPO dan tentunya akan terkoneksi ke harga TBS Petani.
“Semenjak berdirinya bursa CPO Indonesia, paling tidak fluktuasi harga TBS yang drastis nampaknya sudah mulai berangsur hilang dan kedepannya peran bursa CPO Indonesia akan semakin central dalam percaturan harga CPO internasional,” pungkas Gulat.