Bagian V
Perang dagang minyak nabati di pasar global antara minyak kedelai (USA) versus minyak sawit (Malaysia dan Indonesia). Isu yang berkembang adalah isu kesehatan, pada tahun 2016 konsumsi CPO dunia mencapai 62,37 juta ton, diikuti minyak kedelai sebesar 53,15 juta ton (USDA, 2016). Data tersebut menunjukan konsumsi minyak kedelai dan minyak sawit memiliki share yang paling tinggi dan mencapai 72,8 juta ton.
Dari sisi supply, total supply CPO di pasar global mencapai 117, 58 juta ton, minyak kedelai 68,44 juta ton dan kedua komoditi ini merupakan dua komoditas terbesar dalam perdagangan dunia, dimana volume yang di perdagangkan adalah terdiri atas CPO 55,2 juta ton, minyak kedelai (SBO) 15,29 juta ton. Data diatas menunjukan bahwa sekitar 62% dari total minyak nabati dunia adalah minyak sawit, dan minyak kedelai memiliki share 17%.
Gencarnya kampanye negatif anti minyak sawit memberikan kesempatan pada pertumbuhan CPO yang lebig besar dan memperlambat laju (growth) CPO. Dalam jangka panjang, perang dagang antara CPO dan SBO ini akan membuahkan hasil, dengan asumsi negara produsen sawit tidak melakukan kebijakan khusus untuk tetap mendorong laju pertumbuhan CPO. Diperkirakan tahun 2027, seiring dengan keberhasilan produksi, maka konsumsi minyak kedelai akan menyamai CPO, dan SBO kembali mengungguli CPO setelah tahun 2027. Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan ini adalah keberhasilan USA menghasilkan benih kedelai yang memiliki tingkat produktivitas tinggi, dan digunakan meluas di negara-negara produsen kedelai (USA, China, Ukraina dan Argentina.
Sumber : GAPKI